Cerita Awal Mula Berdirinya Rumah Pemulasaraan di Kota Tasikmalaya

Rumah duka atau rumah pemulasaraan jenazah
Sejumlah tokoh masyarakat termasuk owner RS TMC Herlina Kosim Wijaya SE mengikuti rapat koordinasi di Polres Tasikmalaya Kota Senin 7 Juli 2025. (Rangga Jatnika/Radartasik.id)
0 Komentar

Hari terus berjalan. PKL yang jualan semakin bertambah. Kembali mendominasi kawasan pedestrian Cihideung. Efeknya, kembali kumuh dan semerawut. Tak asyik untuk berfoto selfi lagi.

Pemilik-pemilik toko di Jalan Cihideung, terutama yang rumahnya menyatu dengan toko, mengelus dada saja. Tidak dapat berbuat banyak.

Mereka yang Tionghoa kalau ada keluarganya meninggal, tidak akan leluasa disemayamkan di rumah dan sekaligus tokonya.

Baca Juga:4 Siswa MAN 1 Tasikmalaya Sapu Juara Olimpiade Bahasa ArabMasa Jabatan Kepala Daerah dan DPRD Berpotensi Diperpanjang Jika Pemilu Pusat dan Daerah Dipisah

Ada tradisi khas orang Tionghoa, baik yang nasrani atau budha, atau yang beragama leluhur. Kalau ada keluarga meninggal tidak langsung dimakamkan. Atau dikeremasi.

Jenazah harus disemayamkan dulu beberapa hari di rumahnya. Atau di dalam tokonya jika rumah dan toko menyatu.

Itulah sebabnya para tokoh Tionghoa ingin ada rumah duka. Agar ketika ada warga Tionghoa yang meninggal, bisa disemayamkan di rumah duka.

Agar tidak mengganggu kenyamanan tetangga di lingkungan rumah. Di sekitar toko. Terutama tetangga yang mayoritas muslim.

Di rumah jenazah beberapa hari disemayamkan. Ada ritual-ritual tertentu. Sampai peti jenazah ditutup. Lalu siap dibawa untuk dimakamkan atau dikeremasi.

Itulah, kenapa para pemuka Tionghoa Kota Tasikmalaya terus mengupayakan ada rumah duka. Atau pemulasaraan bagi jenazah.

Bertahun-tahun upaya itu. Penuh dinamika. Berkali-kali tempat yang dipilih ditolak warga sekitar.

Baca Juga:MAN 1 Tasikmalaya Turut Meriahkan Kegiatan Peaceful Muharram 1447 HWarga Karanunggal Kabupaten Tasikmalaya Pertanyakan Modal BUMDes yang Dibekukan!

Mereka umumnya keberataan di lingkungannya ada rumah duka. Ada pemulasaraan untuk jenazah.

Pihak pemerintah Kota Tasikmalaya berupaya memenuhi hak warganya dari etnis Tionghoa. Agar ada rumah duka.

Bertahun-tahun upaya itu selalu menemui jalan buntu. Terus ditolak. Meskipun para tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan dilibatkan. Belum juga ada solusinya.

Eranya Wali Kota Tasikmalaya H Syarif Hidayat ada solusi. Rumah duka menjadi bagian dari fasilitas di RSUD Dokter Soekardjo.

Sejak itu, warga Tionghoa yang meninggal disemayamkan di rumah duka RSUD Dokter Soekardjo. Letaknya di sisi paling timur. Bersebelahan dengan kamar jenazah.

Tidak refresentatif. Sempit. Daya tampung sedikit. Kadang kalau yang meninggal memiliki keluarga besar, rumah duka hanya cukup untuk satu jenazah.

Belum lagi masalah parkir kurang luas. Menyulitkan tamu-tamu yang mau melayat.

0 Komentar