Tertutuplah sampai separo badan jalan oleh lapak jualan. Para penjual banyak yang memilih menginap. Tersajilah suasana kumuh. Bertahun-tahun dibiarkan.
Dalam suatu kesempatan beberapa tahun lalu, kepada radartasik.id, Mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Persagangan Tantan Rustandi, mengaku merasa tidak enak hati.
Tak menyangka bantuan roda PKL di eranya jadi aib kota. Semerawut. Kumuh.
Tapi dirinya tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi sudah pensiun.
Baca Juga:4 Siswa MAN 1 Tasikmalaya Sapu Juara Olimpiade Bahasa ArabMasa Jabatan Kepala Daerah dan DPRD Berpotensi Diperpanjang Jika Pemilu Pusat dan Daerah Dipisah
“Kesepakatannya kan roda jualan dibawa pulang para PKL. Itu tertulis loh,” kata sang mantan kepala dinas itu.
Tokoh Tionghoa Tasikmalaya Tjong Djoen Mien pun merasa tidak enak hati dengan para pemilik toko di kawasan Cihideung.
Sebab dirinya ikut menyepakati ada bantuan roda lapak PKL.
“Kami juga butuh ada PKL. Meramaikan kawasan Cihideung,” kata Tjong Djoen Mien tempo hari.
Tapi catatannya, roda PKL tidak diinapkan. Harus dibawa pulang. Ketidakkonsistenan inilah yang tidak disangka Tjong Djoen Mien.
Membuat dirinya bertahun-tahun jadi sasaran komplain para pemilik toko kawasan Cihideung.
Kekumuhan dan semerawutnya kawasan Cihideung membuat dongkol kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya.
Dia membawa investor ke Kota Tasikmalaya. Namun begitu jalan keliling kota dan melihat kawasan Cihideung, investor itu langsung batalkan rencana bisnisnya.
Baca Juga:MAN 1 Tasikmalaya Turut Meriahkan Kegiatan Peaceful Muharram 1447 HWarga Karanunggal Kabupaten Tasikmalaya Pertanyakan Modal BUMDes yang Dibekukan!
Sang investor cukup memiliki kesimpulan. Kawasan Cihideung yang kumuh dan semerawut cukup jadi kesimpulannya. Kota Tasikmalaya penegakan hukumnya buruk. Tidak bagus untuk berinvestasi.
Untungnya di era duet Wali Kota Budi Budiman dan wakil Wali Kota Muhammad Yusuf, kawasan Jalan Cihideung dibenahi.
Eksekusinya era Wali Kota Muhammad Yusuf. Dibangun jadi pedestarian. Elok sekali. Sempat viral. Jadi tujuan orang luar daerah ke Kota Tasikmalaya. Minimal berfoto selfi. Buat status di media sosial.
Tapi suasana itu tidak lama. PKL yang dulu berjualan menagih solusi lokasi pengganti. Tidak ada.
Demo. Protes. Berulang-ulang. Para pemangku kebijakan di Pemkot Tasikmalaya kelimpungan. Terdesak. Kalah.
Akhirnya PKL boleh berjualan lagi. Ada syarat harus begini dan begitu. Agar fungsi pedestrian terjaga. Kebanggaan kota masih ada.