TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Cerita tentang pemulasaraan atau rumah duka di Tasikmalaya. Seorang wanita sepuh etnis Tionghoa sakit. Dirawat di sebuah rumah sakit di Kota Bandung.
Wanita sepuh itu meninggal. Anak-anaknya berembug. Pemulasaraan dibawa ke Tasik atau di Bandung saja.
Keputusannya semua proses pemulasaraan jenazah dilakukan di Bandung.
“Inginnya dibawa ke Tasik.Tapi tidak mungkin. Sulit kalau di rumah. Di depan rumah ibu saya penuh PKL. Jadi keluarga memutuskan di rumah duka sini (Bandung) saja,” tutur salah seorang anaknya kepada Radartasik.id.
Baca Juga:4 Siswa MAN 1 Tasikmalaya Sapu Juara Olimpiade Bahasa ArabMasa Jabatan Kepala Daerah dan DPRD Berpotensi Diperpanjang Jika Pemilu Pusat dan Daerah Dipisah
Raut wajah sang anak kala itu mengguratkan kekecewaan. Sangat mendalam. Sang anak memang mengaku kecewa. Tidak bisa membawa ibunda ke rumahnya di Tasik.
Rumah ibunya ada di kawasan Cihideung. Waktu itu belum jadi pedestarian seperti sekarang.
PKL menaruh roda tempat jualannya 24 jam. Berlapis-lapis hingga mengambil separuh badan Jalan Cihideung. Pun menutup bagian depan toko sekaligus rumah mendiang ibunya.
Awalnya PKL di sana berpuluh tahun melapak biasa saja. Memanfaatkan trotoar di depan toko-toko. Mangkal dari pagi sampai pukul 21.00 WIB. Mereka bereskan lapak jualannya. Pulang.
Sepanjang malam harinya Jalan Cihideung pun jadi melebar dan lengang.
Lalu di suatu tahun ada program bantuan roda jualan dari Pemkot Tasikmalaya. Melalui dinas Industri dan Perdagangan. Agar kawasan jualan PKL lebih rapih dan enak dipandang.
Perjanjiannya roda itu harus dibawa pulang setelah jualan. Tidak menginap. Tapi kenyataannya lain. Roda PKL menginap 24 jam. Lalu menetap total. Tidak pernah bergeser. Berderet sepanjang Jalan Cihideung.
Alasannya beragam. Tidak punya tempat parkir di rumahnya. Ada yang alasan rumahnya jauh. Tidak tinggal di Kota Tasikmalaya. Repot kalau bolak-balik membawa pulang roda jualan.
Baca Juga:MAN 1 Tasikmalaya Turut Meriahkan Kegiatan Peaceful Muharram 1447 HWarga Karanunggal Kabupaten Tasikmalaya Pertanyakan Modal BUMDes yang Dibekukan!
Jadinya diinapkan di badan Jalan Cihideung. Ada barangnya, takut kecurian, ya pemilik ikut menginap. Tak ada teguran.
Eh, semakin hari roda PKL bukan saja semakin permanen parkir di Jalan Cihideung. Tapi beranak pinak.
Ada lapak-lapak tambahan. Plus naungan atap terpal beragam warna. Menyambung menyatukan deretan roda-roda PKL.