Kiprah Neni Nur Hayati, Akademisi Perempuan Pejuang Demokrasi, Jadi Peneliti Internasional hingga Penulis 

SOSOK
Direktur DEEP Indonesia, Neni Nur Hayati, saat tampil di beberapa kegiatan.
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Konsistensi, keberanian, dan dedikasi terhadap nilai-nilai demokrasi menjadikan nama Neni Nur Hayati semakin diperhitungkan dalam diskursus politik dan kepemiluan di Indonesia.

Perempuan kelahiran Tasikmalaya, 27 September 1992, ini bukan hanya dikenal sebagai peneliti dan akademisi, tetapi juga aktivis demokrasi yang aktif menyuarakan perbaikan sistem politik lewat riset dan advokasi publik.

Namanya sempat menjadi sorotan nasional karena komentar-komentarnya yang tajam terhadap isu-isu politik mutakhir, serta keberaniannya melaporkan berbagai dugaan pelanggaran yang ia temukan di lapangan.

Baca Juga:Universitas Telkom Kolaborasi dengan Unsil Kenalkan Prompt CLEAR pada Aplikasi AIKartu SIMPATI Lahir Kembali, Perkaya Pengalaman Digital Pelanggan, Gratis Pilih Aplikasi Kesukaan!

“Itu karena saya memiliki keresahan dengan kondisi negara ini, yang sedang tidak baik-baik saja. Ditambah lagi, saya juga melakukan riset,” kata Neni.

Neni saat ini menjabat sebagai Direktur Democracy and Election Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, organisasi yang fokus pada riset, pendidikan politik, serta pengawasan pemilu. Ia juga menggagas program School of Politics bersama tokoh nasional Rhenald Kasali, bertujuan membentuk generasi pemimpin bangsa yang berkarakter dan berintegritas.

Pendidikan formalnya dilalui dengan cemerlang, lulusan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran dan kini sedang menempuh program doktoral Ilmu Komunikasi di kampus yang sama. Sebelumnya, ia juga menempuh studi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tak hanya berkiprah di dalam negeri, Neni juga pernah menjadi associate researcher dalam program studi lintas benua di European University Institute, Florence, Italia, untuk topik “Radikalisasi, Sekularisme, dan Tata Kelola Agama.” Ia juga menjadi pembicara di berbagai konferensi nasional dan internasional, dengan fokus pada demokrasi, partai politik, dan komunikasi politik Islam.

Pada Mei 2024, hasil penelitiannya mengenai nasib partai Islam pasca Pemilu 2024 diterbitkan oleh ISEAS, Singapura—lembaga riset prestisius di Asia Tenggara.

Selain itu, Neni merupakan Editor-in-Chief Asian Journal of Comparative Politics, serta pernah menjadi konsultan komunikasi politik di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan menjadi bagian dari Tim Penilai Indeks Keterbukaan Informasi Publik Komisi Informasi Pusat.

Hingga kini, ia telah menerbitkan lebih dari 400 tulisan di media nasional maupun jurnal akademik. Beberapa karya pentingnya antara lain: Buku Jalan Berliku Demokrasi Indonesia (2023) Book chapter Buya Syafii Maarif: Cahaya Keteladanan Umat dan Bangsa (2024), Book chapter Ibu Kemanusiaan: Buya Syafii Maarif (2021).

0 Komentar