Ia kemudian mengutip data dari Komnas Perempuan maupun berbagai LSM pembela korban, tak pernah menunjukkan kaitan antara pakaian dan kekerasan seksual. Yang menjadi akar persoalan justru adalah pikiran pelaku, penyalahgunaan relasi kuasa, dan sistem kampus yang gagal menciptakan ruang aman.
“Menyebut mahasiswa sebagai ‘godaan’ bagi dosen bukan hanya merendahkan intelektualitas, tapi juga menggambarkan wajah kelam rape culture di dunia pendidikan. Ini juga pelecehan seksual sebenarnya, melecehkan mahasiswa sebagai godaan bagi dosen. Kasihan korban. Sudah dilecehkan, lalu distigma. Ini bukan opini biasa. Ini berbahaya karena menormalisasi kekerasan dan menyalahkan korban,” tambahnya. (Ayu Sabrina)