Kasus Unsil Tasikmalaya Jadi Warning! Daya Tarik Mahasiswa Itu Bagian Cobaan Untuk Profesi Dosen

Kasus dosen unsil tasikmalaya
Dr Asep M Tamam MPd - Dr H Ajang Ramdani MPd
0 Komentar

Untuk teknisnya, menurutnya dosen harus tahu batasan komunikasi dengan mahasiswa atau mahasiswinya. Salah satunya tidak ada komunikasi atau interaksi yang bersifat pribadi. “Ya supaya berhenti di ketertarikan saja, tidak lebih dari itu,” ucapnya.

Batasan itu bukan berarti dosen tidak bisa berbaur atau bergaul dengan mahasiswa. Hanya saja harus menyadari batasan agar tidak terjadi interaksi yang bersifat privat. “Kalau bergaul dan nongkrong dengan mahasiswa tidak masalah asal rame-rame, kalau mengantar pulang satu orang mahasiswa kan pasti beda situasinya,” katanya.

Hal serupa juga diungkapkan akademisi dan dosen IAI Cipasung Asep M Tamam. Dirinya pun tidak menampik tantangan tersebut dalam profesi yang dilakoni di dunia kampus. “Jangankan di kampus, pedagang dengan pembelinya pun bisa ada ketertarikan,” ungkapnya.

Baca Juga:Disebut Kapolres Aing! AKBP M Faruk Rozi Dinilai Pemimpin Ideal di Kota TasikmalayaKasus LGBT Bogor Harus Jadi Warning Untuk Pemerintah Kota Tasikmalaya

Namun sebagai dosen, tentunya hal itu perlu dihindari karena bisa memicu hal negatif. Butuh komitmen kuat dari diri sendiri, supaya ketertarikan tersebut tidak berlarut dan berlanjut. “Salah satunya ya komitmen kita untuk tahu batasan,” ujarnya.

Salah satunya yakni dengan membatasi komunikasi dengan mahasiswa, khususnya lawan jenis di luar kampus. Termasuk komunikasi melalui saluran daring yang perlu dihindari. “Perlu betul-betul dibatasi interaksi dan komunikasinya,” katanya.

Namun lain cerita untuk dosen lajang yang mencari pasangan. Menurutnya hal itu sah-sah saja dengan catatan tujuannya memang mencari pasangan berumahtangga. “Ya kalau dosen lajang niat mencari istri enggak masalah,” imbuhnya.(rangga jatnika)

0 Komentar