Kasus LGBT Bogor Harus Jadi Warning Untuk Pemerintah Kota Tasikmalaya

Pesta Gay Bogor, LGBT Kota Tasikmalaya, aktivis pmii
Ketua Komisariat PMII STISIP Tasikmalaya Riswara
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Baru-baru ini kasus pesta LGBT di Bogor menjadi sorotan publik. Hal itu harus jadi bahan evaluasi guna mencegah hal tersebut terjadi di Kota Tasikmalaya.

Fenomena LGBT realitanya tidak hanya terjadi di satu daerah saja, namun menyebar ke berbagai penjuru nusantara. Tidak terkecuali di Kota Tasikmalaya dengan adanya grup-grup khusus di media sosial.

Ketua Komisariat PMII STISIP Tasikmalaha Riswara mengatakan Kota Resik ini dikenal dengan nilai religius. Namun tantangan penyakit sosial tidak bisa dipungkiri, salah satunya LGBT yang menurutnya tidak bisa disepelekan. “Kini semakin terbuka dan bahkan mulai dianggap sebagai hal yang normal di beberapa kalangan anak muda,” ungkapnya.

Baca Juga:Diduga Berbuat Negatif Kepada Mahasiswa, Dosen di Kota Tasikmalaya Diberhentikan SementaraNasib Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya Bergantung Keputusan Musda

Di ruang publik pun kaum LGBT menurutnya sedikit-demi sedikit sudah berani tampil menunjukkan identitas. Artinya mereka semakin berani dan merasa hal itu bukan lagi aib dan bisa diterima masyarakat. “Banyak kita temui kelompok gay di tempat tempat tempat kopi shop dengan pede dan bangganya mereka tanpa rasa malu,” katanya.

Keberanian kelompok LGBT untuk lebih terbuka menurutnya perlu disikapi tegas oleh publik, khususnya Pemerintah Kota Tasikmalaya. Supaya hal tabu itu tidak sampai menjadi kewajaran karena dibiarkan tanpa ketegasan. “Tidak boleh tinggal diam, ini adalah persoalan moralitas generasi muda yang menjadi aset bangsa,” tegasnya.

Salah satunya yakni melalui kebijakan di dunia pendidikan yang supaya lebih disiplin dan membangun mental positif. Seperti yang dilakukan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi dengan program barak militernya. “Pendidikan berbasis disiplin, kedisiplinan, dan nilai kebangsaan sangat penting untuk membentengi generasi muda dari pengaruh pergaulan LGBT,” ucapnya.

Pasalnya dampak dari LGBT bukan hanya masalah penyimpangan orientasi seksual semata. LGBT juga bertentangan dengan nilai religius juga secara nyata bisa menimbulkan penyakit. “Merusak nilai religi, jadi penyakit sosial dan juga menyakit medis,” katanya.

Meskipun ini menjadi tanggung jawab bersama, namun Pemkot Tasikmalaya bersama lembaga negara lain harus berada di garda terdepan. Supaya generasi ke depan bisa tetap terjaga dari pengaruh negatif LGBT dan sejenisnya. “Harus bersinergi untuk membangun generasi yang kuat secara mental, tangguh secara moral, dan mengembalikan nilai nilai kota Tasikmalaya sebagai kota religius dan kota santri,” tandasnya.(rangga jatnika)

0 Komentar