Karena adanya truk yang Over Dimension dan Overloading ini bukan untuk mencari penghasilan lebih. Namun cenderung agar bisa menekan biaya operasional di jalan agar sesuai kebutuhan. “Kalau dikatakan mencari peluang untuk menambah (penghasilan), justru sekarang minus pak,” katanya.
Pasalnya tarif angkutan barang masih relatif belum menyesuaikan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan perbaikan mobil. Belum lagi ada oknum-oknum aparat dan juga warga yang melakukan pungli di jalan. “Karena jujur, pungli dan premanisme di jalan sekarang merajalela,” ucapnya.
Salah satu pengusaha angkutan barang, H Ajang Ramdani mengatakan bahwa Zero ODOL akan meringankan beban muatan. Hal itu pada dasarnya bukan persoalan bagi pengusaha angkutan. “Sebetulnya kami juga menginginkan muatan yang ringan,” terangnya.
Baca Juga:TERKENAL BAU! Sudah Puluhan Tahun RPH di Kota Tasikmalaya Belum Punya IPAL2 Jemaah Haji dari Kloter 27 Kota Tasikmalaya Tak Ikut Rombongan Pulang
Namun ketika pengguna jasa ingin mengirim barang yang banyak, otomatis membutuhkan armada tambahan yang membuat ongkos bertambah juga. Ini akan berpengaruh juga kepada harga barang yang nantinya akan ikut naik, dari mulai sembako, material pembangunan dan lainnya. “Potensinya akan menimbulkan inflasi,” katanya.
Maka dari itu, Ajang mengingatkan bahwa regulasi pemerintah jangan sekadar mempertimbangkan aspek keamanan dan keselamatan saja. Namun dampak terhadap perekonomian juga harus dipertimbangkan. “Harus dipertimbangkan juga dampak ekonominya bagaimana,” terangnya.(rangga jatnika)