Dalam jangka panjang, sistem ini akan mendorong klub-klub Serie A untuk lebih sehat secara ekonomi, sekaligus tetap kompetitif di kancah domestik dan Eropa.
Namun, bagi Sarri dan Lazio, 2026 masih terasa jauh yang memaksa mereka tetap harus berjuang keras di bawah bayang-bayang aturan indeks likuiditas.
Bursa transfer Lazio musim panas 2025 bisa jadi akan kembali dilalui dengan menanti satu atau dua pemain keluar demi membuka pintu bagi wajah baru di skuad Biancoceleste.
Baca Juga:CEO AC Milan: Ibrahimovic Bukan Bagian dari Struktur PerusahaanMassara Pertimbangkan Bawa Mantan Gelandang AC Milan ke AS Roma
Apa Itu Indeks likuiditas
Indeks likuiditas (dalam konteks sepak bola Italia) adalah indikator keuangan yang digunakan oleh Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) untuk menilai kemampuan jangka pendek sebuah klub dalam memenuhi kewajiban finansialnya.
Kewajiban tersebut terutama yang berkaitan dengan gaji pemain dan utang kepada pihak ketiga (termasuk klub lain, agen, dan federasi).
FIGC menetapkan bahwa nilai minimum indeks likuiditas adalah 0,8. Artinya: Klub harus memiliki setidaknya 80% dari total utangnya dalam bentuk aset lancar.
Jika nilai indeks < 0,8 makan klub dilarang melakukan aktivitas transfer (baik membeli maupun mendaftarkan pemain baru).
Dampaknya bagi Lazio jika indeks likuiditas rendah akan memaksa klub tidak bisa membeli atau mendaftarkan pemain baru.
Mereka bahkan harus menjual pemain dulu untuk mendapat pemasukan tunai.
Akibatnya bursa transfer menjadi terbatas dan rumit, meskipun secara teknis klub memiliki aset bernilai (misalnya, dalam bentuk properti atau hak kontrak jangka panjang).
Hal ini menjadi masalah karena banyak klub, seperti Lazio, memiliki aset dalam bentuk yang tidak bisa segera diuangkan (contohnya: nilai pemain di neraca keuangan), tetapi punya kewajiban yang harus segera dibayar (misalnya: gaji, cicilan transfer, pajak).