“Itik Cihateup itu varietasnya khas di sana. Kalau dibiarkan maka plasma nutfah ini akan hilang karena sekarang ini peternaknya sudah mulai berkurang. Sementara kita pengabdian masyarakatnya membuat alat penetas telur yang menggunakan tenaga surya,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa alat tersebut berfungsi otomatis ketika terjadi pemadaman listrik, sehingga proses penetasan tetap berjalan lancar. Alat tersebut mampu menampung hingga 500 butir telur. “Kalau misalnya bisa menetaskan cepat berarti plasma nutfahnya akan terjaga dengan baik,” tambahnya.
Produk dari itik Cihateup juga telah didiversifikasi menjadi pangan olahan seperti telur asin yang dipasarkan oleh BUMDes, serta dagingnya diolah menjadi nugget.
Baca Juga:Di Tengah Efisiensi, Christian Mikhael Berhasil Membawa Aston Inn Tasikmalaya Jadi TerfavoritUniversitas Telkom-Unsil Kolaborasi Kenalkan eLiveStock, Aplikasi Pengelolaan Ternak
Selain pameran dan pertunjukan, rangkaian acara Gelar Budaya 2025 juga diisi dengan bincang budaya yang menghadirkan dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unper, Dr H Agus Ahmad Wagih MSn dan Wakil Wali Kota Diky Candra.
Dalam diskusi tersebut, keduanya mengulas pentingnya pemahaman budaya serta konsep Panca Waluya, yakni pendidikan karakter dalam budaya Sunda yang menekankan lima nilai utama, yaitu cageur, bageur, bener, pinter, dan singer.
Kegiatan lainnya meliputi berbagai lomba seni budaya yang diikuti siswa SMA/SMK, samen seni budaya, penampilan angklung sered balandongan, pertunjukan bajidoran, dan lainnya.
Yadi berharap Gelar Budaya bisa menjadi langkah strategis Unper untuk mencetak sumber daya manusia unggul berbasis kearifan lokal, berjiwa kejuangan, dan mampu bersaing secara global pada 2035.
“Itu cita-cita besar kita makanya dari sekarang kita sudah mulai melakukan kegiatan atau aktivitas yang mengarah ke sana,” pungkasnya. (Fitriah Widayanti)