TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Nama Mohamad Redho Ram Abhibhawa mungkin belum terlalu familiar di telinga masyarakat awam, namun di arena Muaythai, ia adalah sosok yang tak bisa diabaikan.
Lahir di Tasikmalaya pada 16 Agustus 1999, Redho telah menorehkan sederet prestasi membanggakan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Teranyar, ia berhasil menyabet gelar Juara Rajadamnern Knock-Out Max Muaythai 2025 di Bangkok, sebuah pencapaian yang menempatkannya sejajar dengan petarung-petarung elite Asia.
Latar belakang Redho sangat membumi. Ia tumbuh di lingkungan yang sederhana, namun penuh semangat juang. “Spirit fighting saya datang dari orang tua. Mereka yang membentuk mental dan karakter saya sejak kecil. Tidak menyerah, tetap melawan, apapun kondisinya,” ujar Redho.
Baca Juga:Perluas Layanan Tri di Priangan Timur, Indosat Resmikan 3Store TasikmalayaTelkomsel Salurkan Hewan Kurban ke-40 Lebih Titik, Sambungkan Senyuman di Momen Iduladha
Meski dikenal sebagai sosok yang disiplin dan kuat secara fisik, Redho tidak lupa menyebut sosok inspiratif yang membawanya jatuh hati pada dunia bela diri asal Thailand ini.
“Saya terinspirasi dari Buakaw Banchamek. Gaya bertarungnya, dedikasinya, dan keteguhannya luar biasa. Dari sana saya mulai serius menekuni Muaythai,” ungkapnya.
Perjalanan menuju puncak tentu tidak semudah pukulan di ring. Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah latihan atau training camp (TC) dalam jangka panjang yang harus dilakoni jauh dari keluarga.
“Yang paling berat itu TC berbulan-bulan di tempat jauh dari rumah. Kadang rindu keluarga, tapi saya percaya pengorbanan itu akan ada hasilnya,” katanya dengan mata yang tampak berkaca.
Namun bagi Redho, semua itu terbayar tuntas. Selain prestasi, Muaythai juga membentuk karakternya menjadi lebih kuat. “Muaythai membuat saya disiplin, tahan banting, dan pantang menyerah. Latihan keras itu mengajarkan bahwa tidak ada hasil tanpa usaha,” tegasnya.
Kini, di usia 25 tahun, Redho tak hanya ingin terus bertarung di ring. Ia ingin menjadi inspirasi bagi generasi muda. “Jangan takut untuk bermimpi besar. Semua orang punya hak untuk berhasil. Tapi ingat, semua butuh proses. Bahkan mie instan pun butuh proses untuk matang, apalagi hidup kita,” tutupnya sambil tersenyum.