Cerita Setiawan, Pekerja Asal Garut yang Terlantar Berhari-hari di Hutan di Riau

Pekerja Asal Garut
Setiawan, salah seorang pekerja asal Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, menceritakan perjuangannya pulang dari Riau yang sempat terlunta-lunta di hutan kepada wartawan pada Senin, 9 Juni 2025. (Agi Sugiana/Radartasik.id)
0 Komentar

GARUT, RADARTASIK.ID – Setiawan, seorang warga dari Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, akhirnya dapat menghirup udara segar setelah melalui perjuangan yang luar biasa untuk kembali ke rumahnya dari Provinsi Riau.

Perjalanan yang memakan waktu hampir dua minggu itu dimulai ketika Setiawan bersama tujuh rekan lainnya—lima warga Garut, dua lainnya asal Tasikmalaya dan Cianjur—harus menempuh rute tak terduga untuk pulang dari Riau.

Pekerja asal Garut itu tidak memiliki uang untuk biaya pulang, sehingga memilih untuk berjalan kaki melewati hutan belantara yang menguji fisik dan mentalnya.

Baca Juga:Enam Pekerja Asal Garut yang Terlantar di Riau Akhirnya Dipulangkan, Begini Perjuangan MerekaTrotoar di Kabupaten Garut Belum Ramah Pejalan Kaki, Warga Minta Perhatian Serius Pemerintah

Kisah ini bermula ketika Setiawan bersama beberapa rekannya diajak oleh temannya untuk bekerja di sebuah pabrik kayu putih di Riau, yang menjanjikan gaji tinggi.

Mengingat kondisi Setiawan yang sedang menganggur, tawaran tersebut terdengar menggiurkan.

Namun, sesampainya di sana, ia dan teman-temannya kecewa karena pabrik tempat mereka bekerja ternyata bukanlah pabrik kayu putih, melainkan pabrik yang memproduksi kayu akasia untuk bahan kertas.

Meskipun demikian, mereka tetap melanjutkan pekerjaannya selama dua minggu.

Namun, ketidaknyamanan semakin dirasakan ketika Setiawan mengetahui bahwa uang milik teman-temannya dibawa kabur oleh seseorang yang mereka percayai.

”(Orang) yang membawa saya, kabur membawa uang punya teman-teman,” ucap Setiawan, Senin, 9 Juni 2025.

Kondisi itu membuat para pekerja asal Garut itu khawatir dan bingung, namun mereka tetap bertahan untuk bekerja selama dua minggu berikutnya.

Setelah dua minggu, Setiawan dan teman-temannya merasa tidak nyaman dengan situasi yang semakin memburuk.

Mereka mulai mendiskusikan kemungkinan untuk kabur, meskipun tanpa bekal dan ongkos untuk kembali.

Baca Juga:Garut Gencar Mendorong Warganya Bekerja di Luar Negeri, Peluang ke Jepang TerbukaMusim Kemarau Mulai Menyapa Kabupaten Garut, 3 Kecamatan Rawan Kekeringan Ekstrem

Karena tidak memiliki uang, mereka memutuskan untuk pulang dengan cara yang sangat tidak biasa, yaitu melewati kanal buatan yang lebar dan dalam, lalu memasuki hutan belantara.

Mereka berjalan selama tiga hari dan dua malam dalam hutan, hanya berbekal senter dan mi instan.

Perjalanan itu penuh dengan tantangan, termasuk harus membuka jalan yang tertutup akar-akar besar sebelum akhirnya mereka bisa bergerak maju.

Di tengah hutan, mereka mengikuti satu teman yang memimpin perjalanan menuju selatan.

0 Komentar