Portugal Juara Nations League, Ronaldo Nangis Kegirangan

Cristiano Ronaldo
Cristiano Ronaldo menangis kegirangan saat Portugal memastikan gelar juara UEFA Nations League Foto: Tangkapan layar@X
0 Komentar

Satu per satu, penendang Portugal menuntaskan tugasnya: Gonçalo Ramos, Vitinha, Bruno Fernandes, Nuno Mendes.

Diogo Costa kemudian mencuri momen, menepis penalti Morata, satu kesalahan fatal yang menempatkan Spanyol di ujung tanduk.

Saat Ruben Neves menendang bola terakhir dan merobek jala Unai Simon, Ronaldo jatuh berlutut.

Baca Juga:Pilih Chivu untuk Gantikan Inzaghi, Jurnalis Italia Sebut Inter Turun KastaJadwal Lengkap Inter Milan di Serie A 2025/26: Juventus, AS Roma dan Napoli Jadi Ujian Pelatih Baru

Tangisnya pecah, dan seluruh dunia tahu itu bukan sekadar kemenangan. Itu pelampiasan emosi dari seseorang yang selama ini terlihat seperti manusia setengah dewa.

Portugal tidak hanya memenangkan trofi. Mereka menunjukkan bahwa regenerasi sedang berjalan, bahwa masa depan tetap cerah bahkan ketika ikon besar mereka mulai mendekati garis akhir.

Nama-nama seperti Diogo Costa, Joao Neves, Vitinha, Pedro Neto, dan tentu saja Nuno Mendes mulai menapak ke panggung utama.

Nuno Mendes, khususnya, bermain seperti pria yang ditakdirkan untuk malam besar. Selain gol dan penalti yang tenang, ia adalah simbol dari Portugal baru: agresif, disiplin, dan percaya diri.

Dalam banyak hal, ia mengingatkan pada Fabio Coentrão, bek sayap era awal dominasi Ronaldo.

Di bawah arahan Roberto Martinez, Portugal tampak lebih cair. Lebih modern. Mereka tak lagi sekadar bergantung pada CR7, tapi masih bisa mengandalkannya ketika momen-momen menentukan tiba.

Sementara Spanyol, meski tampil kompetitif, sekali lagi harus belajar dari kekalahan. Kesalahan kecil dari Morata, dan minimnya ketajaman saat dibutuhkan, membuat usaha besar mereka tak berbuah.

Baca Juga:Janji Gasperini Usai Jadi Pelatih AS Roma: Lebih Baik Mencetak Satu Gol Lebih Banyak Ketimbang Bertahan Gianluca Di Marzio: AC Milan dan Juventus Bersaing Keras Datangkan Mateo Retegui

Pada Euro 2016, Ronaldo tak bermain di partai final dan menangis karena cedera lebih awal, sebelum Eder menjadi pahlawan tak terduga.

Kini, meski tampil selama 88 menit, ia kembali menyaksikan bagian paling menentukan dari luar lapangan.

Tapi mungkin itu cara takdir menjaga keseimbangan. Ia sudah mencetak gol, sudah memimpin, sudah menunjukkan bahwa semangat juangnya tak pernah redup.

Apa yang belum ia raih untuk menyamai Lionel Messi? Satu: Piala Dunia 2026 yang akan menjadi kesempatan terakhir, seperti halnya Messi pada 2022.

Apakah tubuhnya masih sanggup? Tidak ada yang tahu. Tapi jika ada satu orang yang pantas kita beri keraguan terakhir, itu adalah Cristiano Ronaldo.

0 Komentar