RADARTASIK.ID –Bisakah seorang pria berusia 40 tahun, dengan lemari piala penuh dan lebih dari tiga dekade karier gemilang, masih menangis karena sepak bola? Malam di Wembley menjawabnya.
Cristiano Ronaldo, legenda hidup yang punya gelar juara nyaris mustahil disamai, menitikkan air mata bahagia saat Portugal memastikan gelar juara UEFA Nations League untuk kedua kalinya.
Laga final kontra Spanyol bukan hanya pertarungan dua negara dengan sejarah panjang dalam sepak bola Eropa.
Baca Juga:Pilih Chivu untuk Gantikan Inzaghi, Jurnalis Italia Sebut Inter Turun KastaJadwal Lengkap Inter Milan di Serie A 2025/26: Juventus, AS Roma dan Napoli Jadi Ujian Pelatih Baru
Ia berubah menjadi teater emosi, drama tak berkesudahan selama 120 menit, dan klimaks yang dibungkus ketegangan lewat adu penalti.
Pada akhirnya, Portugal keluar sebagai pemenang setelah skor 2-2 di waktu normal dan tambahan, lalu unggul 7-5 dalam babak tos-tosan.
Portugal bukan tanpa celah dan Spanyol bukan tanpa peluang. Tapi yang membedakan malam itu adalah mental baja dan efektivitas saat dibutuhkan.
Spanyol membuka keunggulan lebih dulu lewat gol Zubimendi di menit ke-21, namun, lima menit berselang, Portugal menyamakan kedudukan lewat Nuno Mendes.
Menjelang akhir babak pertama, Oyarzabal mengembalikan keunggulan La Roja, membuat penonton mulai membayangkan trofi akan kembali ke tanah Matador.
Tapi seperti biasa, Ronaldo punya cerita lain. Di menit ke-61, dalam satu pergerakan yang menunjukkan naluri golnya tak pernah luntur, ia menyamakan kedudukan menjadi 2-2, catatan gol ke-938 dalam kariernya.
Namun bukan gol itu yang membuat air matanya tumpah.
Ketika laga harus ditentukan lewat adu penalti, Ronaldo yang sudah ditarik keluar di menit ke-88 karena kelelahan memilih untuk tidak menyaksikan dari bangku pemain.
Baca Juga:Janji Gasperini Usai Jadi Pelatih AS Roma: Lebih Baik Mencetak Satu Gol Lebih Banyak Ketimbang Bertahan Gianluca Di Marzio: AC Milan dan Juventus Bersaing Keras Datangkan Mateo Retegui
Ia berdiri di tepi lapangan, namun sering menutup wajahnya dengan tangan. Beberapa kali ia memalingkan muka, tidak sanggup menyaksikan, tapi juga tidak bisa menjauh.
Dan siapa yang bisa menyalahkannya? Setelah semua trofi besar yang ia menangkan—Ligue 1, Premier League, Serie A, Liga Champions, Piala Eropa—Nations League mungkin tampak kecil.
Namun, bagi Ronaldo, mengenakan seragam Portugal selalu membawa beban sekaligus kebanggaan yang berbeda.
Inilah tanah airnya. Ini bukan tentang uang, klub, atau reputasi pribadi. Ini tentang warisan.