Angkat Isu Jual-Beli Gelar Akademik, Teater 28 Unsil Lolos Final Monolog Artefac UNS 2025

PENTAS DRAMA
Mahasiswa Unsil yang tergabung dalam UKM Teater 28 saat mementaskan naskah Prodo Imitatio dalam acara Monolog Artefac 2025 UNS, beberapa waktu lalu.
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater 28 Universitas Siliwangi (Unsil) kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah nasional. Mereka berhasil lolos ke babak final Monolog Artefac UNS 2025, sebuah kompetisi seni bergengsi yang digelar Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Pembina UKM Teater 28, Shinta Rosiana MPd, mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian ini. Ia menyebut, lolosnya Teater 28 ke babak final untuk ketiga kalinya menjadi bukti konsistensi dan kerja keras seluruh anggota.

“Kami sangat bersyukur bisa kembali lolos ke final Artefac UNS untuk ketiga kalinya. Ini menjadi kebanggaan besar dan bukti bahwa kami terus menjaga kualitas karya. Semoga ini juga bisa memperkuat semangat kami untuk terus berkarya dan membawa nama baik kampus di tingkat nasional,” ujarnya.

Baca Juga:Prodi Magister Manajemen Unsil Gelar Business Matching, Siapkan UMKM Berdaya SaingIndosat Bagikan Dividen Rp 2,7 Triliun, Perkuat Penciptaan Nilai Jangka Panjang 

Rahajeng Selvina, selaku Ratu UKM Teater 28, menjelaskan bahwa proses menuju final tidaklah mudah. Di tengah padatnya agenda, terutama persiapan program Pentas Keliling 2025, tim harus memanfaatkan waktu dengan sangat efisien.

“Latihan monolog untuk Artefac kami selipkan di sela-sela latihan Pentas Keliling. Meskipun hanya punya waktu sekitar satu bulan, kami berusaha maksimal. Keberhasilan ini juga berkat dukungan berbagai pihak, Babeh Jojo Nuryanto, Pak Bode Riswandi, dan tentu saja Bunda Shinta sebagai pembina yang selalu mendampingi,” tuturnya.

Pada kompetisi tahun ini, Teater 28 membawakan naskah Prodo Imitatio karya Arthur S Nalan. Naskah tersebut mengangkat isu praktik jual beli gelar akademik yang belakangan ramai diperbincangkan.

“Lewat monolog ini, kami ingin mengajak penonton merenungkan nilai-nilai kejujuran dan integritas dalam dunia pendidikan. Kami berharap pementasan ini tak hanya jadi ajang kompetisi, tapi juga sarana refleksi sosial,” kata Shinta.

Persiapan selama satu bulan dijalani dengan latihan intensif dan fokus. Meski waktu terbatas, mereka tetap berkomitmen menghasilkan karya yang solid.

Tantangan terbesar, menurut Dian Yuliani selaku Pimpinan Produksi, adalah bentroknya jadwal latihan Artefac dengan program Pentas Keliling. Namun, tim berhasil mengatur waktu dan menjaga semangat.

“Kami harus pandai mencuri waktu dan menjaga energi. Tapi dengan manajemen yang baik dan kekompakan tim, tantangan itu bisa kami lalui,” ujar Dian.

0 Komentar