Rahasia Dibalik Film How to Train Your Dragon dengan Format Live Action

How to Train Your Dragon
Adegan Mason Thames memerankan karakter Hiccup Horrendous Haddock III dalam film How to Train Your Dragon veri live action. (Universal Pictures/YouTube)
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Dean DeBlois, sutradara film How to Train Your Dragon, menjelaskan, tujuan utamanya dalam proyek film live action ini adalah untuk mempertahankan elemen emosional dan rasa keajaiban yang telah menjadi daya tarik utama dari film animasi aslinya.

Meskipun demikian, DeBlois juga melihat peluang untuk menghidupkan cerita fantasi ini dalam format live action, sehingga penonton bisa merasakan dunia yang lebih nyata dan hidup.

”Penting untuk menjaga rasa keajaiban dan perjalanan emosional yang membuat yang asli begitu dicintai,” ungkap DeBlois dilansir The Korea Times baru-baru ini.

Baca Juga:Misteri Baru di Squid Game Musim 3: Gi-hun Kembali, Tapi Apa Harga yang Harus Dibayar?5 Alasan Mengapa Harus Cari Informasi Soal Gaji sebelum Melamar Kerja

DeBlois menekankan pentingnya mempertahankan esensi dari cerita yang telah membuat film animasi ini begitu dicintai oleh penggemarnya.

Dalam wawancaranya, ia mengungkapkan bahwa salah satu fokus utama adalah menciptakan suasana yang penuh keajaiban sekaligus mempresentasikan dunia yang bisa dipercaya oleh penonton.

Untuk itu, tim film memilih lokasi-lokasi dunia nyata seperti Islandia, Skotlandia, dan Kepulauan Faroe sebagai latar belakang Berk, pulau fiksi tempat cerita berlangsung, serta habitat naga-naga dalam film tersebut.

How to Train Your Dragon mengisahkan perjalanan Hiccup Horrendous Haddock III (Mason Thames), seorang pemuda Viking yang merasa kesulitan untuk diterima di komunitasnya, dan Toothless, seekor naga misterius yang menjadi teman dekatnya.

Keduanya bersama-sama mengatasi prasangka masyarakat dan membangun persahabatan unik yang mengubah hidup mereka serta takdir desa mereka.

Sutradara ini juga membandingkan proses pembuatan film animasi dengan live action.

Menurutnya, perbedaan utama terletak pada cara pembuatan film itu sendiri.

Animasi adalah proses yang lebih lambat, di mana setiap elemen diciptakan secara digital, sedangkan dalam film live action, tim produksi harus mencari lokasi fisik yang tepat.

Baca Juga:DEAL! Hengkang dari Persib, Rachmat Irianto Kembali ke Persebaya, Cinta Lama yang Bersemi di Tanah KelahiranTaj Yasin Tinjau Bendungan Jragung Semarang, Proyek Rp 3 Triliun Bakal Bikin Sawah Makmur dan Kota Aman

Selain itu, pembuatan kostum untuk para aktor menjadi bagian penting dari adaptasi ini.

DeBlois mengungkapkan bahwa pengalaman paling mengejutkan terjadi ketika aktor diletakkan dalam lingkungan yang telah dibangun, di mana cerita benar-benar hidup dengan cara yang tak terduga.

DeBlois juga berbicara tentang bagaimana ia berfokus untuk menunjukkan bagaimana pengaruh hubungan antara Hiccup dan Toothless dalam versi live action.

0 Komentar