TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di balik wajahnya yang lembut dan usianya yang baru menginjak 17 tahun, tersimpan semangat baja dari seorang pebulutangkis muda berbakat bernama Kanya Putri Supriadi.
Siswi kelas 11 di SMA Negeri 5 Tasikmalaya ini bukan remaja biasa. Di usianya yang masih belia, sederet prestasi nasional telah berhasil ia raih, menjadi bukti konsistensinya dalam dunia bulu tangkis sejak dini.
Kanya telah menorehkan nama dalam berbagai kejuaraan tingkat nasional, di antaranya Sirnas A Jakarta, Sirnas A Surabaya, Sirnas B Semarang, Imbanagara Cup antar sekolah se-Jawa Barat, Sirnas A Bandung, dan Sirnas B Medan. Torehan prestasi tersebut tak diraihnya dengan mudah. Di balik medali dan piala yang terpajang, ada dedikasi, pengorbanan, dan perjuangan panjang sejak usia dini.
Baca Juga:Indosat Bagikan Dividen Rp 2,7 Triliun, Perkuat Penciptaan Nilai Jangka Panjang Telkomsel Gelar Gladian Panji TERRA di Tasikmalaya, Wujudkan Dampak Bisnis Berkelanjutan
Minat Kanya pada bulu tangkis tumbuh bukan secara kebetulan. Sejak TK, ia sudah diperkenalkan pada dunia olahraga tepok bulu oleh orang yang paling berjasa dalam hidupnya yakni sang ayah. Dukungan penuh dari ayahnya menjadi fondasi awal perjalanan panjang Kanya sebagai atlet.
“Ayah yang ngenalin saya ke bulu tangkis dan selalu dukung sampai sekarang. Dari kecil, saya udah biasa langsung latihan habis pulang sekolah,” kenang Kanya.
Masa kecil Kanya diisi dengan rutinitas yang jauh dari kata santai. Saat teman-teman sebayanya menikmati waktu bermain sepulang sekolah, Kanya justru mengisi hari-harinya dengan latihan bulu tangkis. Memasuki bangku SD, jadwalnya semakin padat. Sekolah sampai siang, lanjut dengan sekolah agama, dan langsung diteruskan latihan hingga malam hari.
Keseriusan Kanya sebagai atlet muda mulai menunjukkan hasil ketika ia duduk di kelas 5 SD. Saat itu, ia mendapatkan beasiswa untuk bergabung dalam pelatihan bulu tangkis di Bandung, salah satu pusat pembinaan atlet muda di Jawa Barat. Keputusan besar pun diambil yakni Kanya meninggalkan sekolah formal dan beralih ke sistem home schooling demi fokus latihan. “Saat di Bandung saya nggak sekolah biasa. Saya home schooling supaya bisa latihan penuh,” ujarnya.
Keputusan tersebut tentu tidak mudah bagi seorang anak kecil, namun Kanya menjalaninya dengan penuh keyakinan. Ia sadar, mimpinya tak akan tercapai tanpa pengorbanan besar.