Ruud Gullit Jagokan Inter Milan di Final Liga Champions: Mereka Lebih Berpengalaman Dibanding PSG

Ruud Gullit
Ruud Gullit Tangkapan layar Instagram@ruudgullit
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Legenda AC Milan, Ruud Gullit, memberikan apresiasi tinggi kepada Inter Milan atas performa impresif mereka di Liga Champions musim ini.

Ia bahkan menyebut Nerazzurri sebagai tim yang lebih matang secara mental dibanding Paris Saint-Germain, lawan mereka di final.

Dilansir dari Tuttomercatoweb, Gullit menyayangkan tersingkirnya Barcelona di semifinal. Namun tak menampik bahwa Inter memang layak melaju ke partai puncak.

Baca Juga:Kandidat Pelatih Baru AC Milan Usai Igli Tare Resmi Jadi Direktur OlahragaMasuki Ruang Ganti Tim Tanpa Izin, Zaniolo Pukul Dua Pemain Primavera AS Roma

“Saya kecewa Barcelona tersingkir, tapi Inter memang pantas lolos. Menurut saya, mereka belum mendapat pengakuan yang cukup setelah mengalahkan tim sekelas Barcelona,” kata Gullit.

Mantan gelandang elegan asal Belanda itu menilai Inter asuhan Simone Inzaghi memiliki kedewasaan dan pengalaman lebih dibanding PSG, faktor penting untuk laga sebesar final Liga Champions.

“Saya melihat tim Inzaghi jauh lebih berpengalaman dibanding Paris Saint-Germain. Ini akan jadi pertandingan besar,” ujarnya.

Gullit juga menyoroti performa solid bek sayap Inter, Denzel Dumfries, yang tampil konsisten meski diganggu cedera sepanjang musim.

Menurutnya, Dumfries adalah pemain yang tahu cara memaksimalkan kekuatannya di waktu yang tepat.

“Dia tampil sangat baik meski mengalami banyak cedera. Dia pemain yang maksimal saat punya ruang untuk berlari, tapi juga sangat bagus saat menguasai bola,” ujar Gullit.

Sementara itu, untuk Santiago Gimenez—striker anyar AC Milan yang direkrut dari Feyenoord pada bursa transfer Januari lalu—Gullit memberikan penilaian positif meski belum terlalu tajam.

Baca Juga:Legenda Inter Sarankan Conte Tak Kembali ke JuventusAC Milan Terpuruk, Gullit Sesali Kepergian Paolo Maldini

“Dia seorang pencetak gol. Sudah mencetak banyak gol di liga yang sulit seperti Serie A. Di Belanda, striker punya banyak peluang, tapi di Italia, para bek hanya memberi satu kesempatan saja,” jelasnya.

Di akhir wawancara, Gullit turut menyoroti keputusan Francesco Farioli yang mundur sebagai pelatih Ajax setelah gagal membawa tim meraih gelar Eredivisie.

Meski gagal memenuhi ekspektasi, Gullit menilai Farioli tetap layak mendapat kredit atas kerja kerasnya.

“Dia melakukan pekerjaan bagus karena Ajax adalah lingkungan yang sulit. Saat kamu melatih di sana, kamu dituntut untuk bermain dengan gaya tertentu,” tuturnya.

0 Komentar