TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Sanggar Bramastra Art kembali menggelar pameran lukisan bertajuk Indonesia Menggambar dengan tema “Menggambar Itu Asyik”, Sabtu 24 Mei 2025.
Berbeda dari biasanya yang digelar di ruang tertutup, pameran kali ini dilaksanakan secara outdoor di Rumah Makan Kampung Jembar, Jalan Letnan Harun, Kota Tasikmalaya.
Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Bidang Pariwisata Disporabudpar Kota Tasikmalaya, Tika Mulyatika, dan turut dihadiri oleh pembina sanggar, Hj Rukmini Afandi Yusuf.
Baca Juga:Pemkot Tasikmalaya Kembali Raih Opini WTP Kesembilan Berturut-Turut dari BPKCara Naik dan Turun Motor dengan Aman, Panduan Lengkap untuk Penumpang
Pameran menampilkan karya-karya anak dari berbagai usia dan latar belakang, mulai dari yang sudah lama bergabung di sanggar hingga yang baru mengikuti dua kali pertemuan.
Meski masih tergolong dasar, corak lukisan mereka mencerminkan spontanitas khas dunia anak-anak.
Ketua Sanggar Bramastra Art, Herman, mengatakan bahwa kegiatan ini bukan sekadar ajang pamer karya, melainkan juga wadah menumbuhkan semangat berkesenian anak sejak dini.
Menurutnya, anak-anak melukis dengan cara yang alami dan menyenangkan. Ia menyebut tema “Melukis Itu Asyik” dipilih karena mencerminkan proses melukis yang benar-benar dinikmati para peserta.
Selama proses latihan, tak sedikit dinamika unik yang terjadi. Ada anak yang awalnya suntuk baru bisa fokus setelah beberapa saat, ada pula yang manja pada orang tuanya, atau bahkan yang lebih memilih diam dan tenggelam dalam aktivitas menggambar. Semua itu, menurut Herman, adalah bagian dari ekspresi dan karakter alami anak-anak.
Ia juga mengutip pandangan seorang dosen seni rupa di Bandung yang menyebut bahwa setiap anak sejatinya adalah seniman.
Hal ini terlihat dari coretan mereka yang bebas dan jujur, bahkan kerap menyerupai gaya pelukis profesional.
Baca Juga:Cerita Dibalik Tiga Kendaraan Operasional Pemkot Tasikmalaya: Ulah Birokrat yang Cari Muka!Sekda Menganggarkan, Sekda yang Membantah, Mobdin Bisa Dipakai Dharma Wanita dan PKK!
“Bahkan seniman terkenal saja ada yang ingin seperti anak-anak, tanpa beban melukis sebebasnya,” ujarnya.
Herman mengungkapkan, peserta pameran kali ini berasal dari rentang usia yang cukup luas, mulai dari anak usia tiga tahun hingga remaja. Herman menyebut kebebasan dan kepolosan mereka dalam berkarya adalah kekuatan utama yang ingin terus dipelihara.
Lebih jauh, sanggar ini juga memiliki misi sosial. Mereka ingin membantu para orang tua agar anak-anak tidak terjebak dalam dampak negatif teknologi, terutama di era kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).