Dari Sampah Plastik, Bank Sampah Mangkubumi Hasilkan Rp 1 Juta Sehari

Bank sampah, tumpukan sampah kota tasikmalaya, hasil penjualan sampah plastik
Pengurus Bank Sampah Mangkubumi memilah sampah plastik yang dikumpulkan dari rumah-rumah warga Jumat (23/5/2025)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Bank Sampah Kelurahan Mangkubumi sudah hampir setahun berjalan. Dari sampah plastik, penghasilan kotornya bisa mencapai Rp 1 juta perhari.

Persoalan sampah plastik pada dasarnya bisa diminimalisir dengan kesadaran dari masyarakat, salah satunya lewat Bank Sampah. Selain mengurangi beban volume sampah, juga bisa memberikan nilai ekonomi bagi warga dan pengelola.

Seperti halnya Bank Sampah kelurahan Mangkubumi yang sudah berjalan hampir setahun. Meski baru beberapa RW, namun sudah bisa memberikan penghasilan lebih kepada warga.

Baca Juga:PEJABAT SIBUK! Pembahasan Alfamidi Ilegal Ditunda DInas-Dinas Terkait Pemkot TasikmalayaBPBD Bukan Superman! Semua OPD Pemkot Tasikmalaya Harus Ikut Siap Siaga

Ketua Bank Sampah Kelurahan Mangkubumi Apep Khoeruman mengatakan bahwa di lingkungannya permasalahan sampah sudah cukup serius beberapa tahun terakhir. Dari mulai penumpukan di mana-mana dan tentunya menimbulkan ketidaknyamanan. “Tahun 2024 kemarin ada pelatihan Bank Sampah di kelurahan, saya ikut,” ucapnya kepada Radar.

Pihaknya pun melaksanakan apa yang menjadi hasil pelatihan tersebut. Saat ini baru ada 3 RW yang mampu dia kelola, dengan sampah yang dikhususkan jenis plastik. “Khusus sampah plastik saja,” terangnya.

Secara teknis, pihaknya memiliki beberapa pengurus yang berbagi tugas. Salah satunya mendatangi rumah-rumah untuk mengambil sampah plastiknya. “Karena sasarannya sampah rumah tangga,” katanya.

Pihaknya pun bersyukur respons dari warga di 3 RW tersebut relatif baik. Meskipun tidak besar, namun bisa memberikan keuntungan secara ekonomi dan juga lingkungan. “Secara ekonominya dapat, lingkungan juga lebih bersih,” terangnya.

Sampah yang sudah dipilah dan dikeringkan selanjutnya dijual ke pengepul rongsokan plastik. Di mana dalam satu hari, penghasilan kotornya bisa mencapai Rp 500 sampai Rp 1 juta. “Tapi itu hasil kotor, belum dikurangi biaya operasional seperti bahan bakar, upah para pegawai yang mengumpulkan dan memilah,” terangnya.(rangga jatnika)

0 Komentar