Kata dia, salah satu contoh nyata adalah Kelompok PEKKA Katineung di Desa Bangunharja, Cisaga, yang diketuai oleh Neni Rohaeni.
Selama tujuh tahun terakhir, kelompok ini mengembangkan usaha katering dan olahan makanan, selain bertani. Awalnya, kelompok ini terdiri dari delapan anggota, namun kini tersisa enam orang.
Meski demikian, semangat mereka tetap tinggi untuk mendorong kemandirian ekonomi. “Saya ingin perempuan di sini bisa mandiri, punya penghasilan sendiri, dan tidak bergantung pada orang lain,” kata Neni.
Baca Juga:Pembangunan Jalan di Desa Sukamaju Tasikmalaya Mulai Direalisasikan, 435 Meter Jalan Diperbaiki dari Dana DesaOpen Bidding Paling Tepat, Banyak Pejabat Potensial yang Bisa Mengisi Jabatan Sekda Kabupaten Tasikmalaya
Dian menyatakan bahwa perempuan kepala keluarga adalah pahlawan keluarga karena mereka memikul multiperan, mengurus anak, mengatur rumah tangga, sekaligus menjadi penopang ekonomi.
“Mereka hebat karena mampu berdiri di kaki sendiri meski dalam kondisi sulit,” tegasnya.
Melalui program ini, banyak perempuan yang sebelumnya kesulitan secara finansial kini mampu menghidupi keluarga dengan usaha mandiri. Selain itu, mereka juga menjadi lebih percaya diri dalam mengembangkan potensi diri.
Program PEKKA di Ciamis membuktikan bahwa dengan pendampingan dan pelatihan yang tepat, perempuan kepala keluarga dapat menjadi agen perubahan ekonomi bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar. (riz)