RADARTASIK.ID – Final Coppa Italia bukan sekadar laga penentuan trofi bagi jurnalis senior Italia, Sandro Sabatini.
Dalam kolom editorialnya di Calciomercato, ia menyebut pertandingan itu adalah gambaran dramatis dua nasib yang bertolak belakang: Bologna naik ke surga, AC Milan terjun ke neraka.
Sabatini menekankan bahwa Bologna tak perlu menjadi “skuadron penggetar dunia”, seperti kata Presiden Italia Sergio Mattarella, atau bermain layaknya “tim dari surga” sebagaimana spanduk yang terbentang di Olimpico.
Baca Juga:Jurnalis Italia: Bologna Seperti Robin yang Mengalahkan Batman untuk Jadi Juara CoppaKalah di Final Coppa Italia, AC Milan Resmi Kembali ke Jaman Kegelapan
Mereka cukup bermain cantik, solid, dan kolektif dan itulah yang membawa mereka mengangkat trofi dengan mengalahkan Milan 1-0.
Ia menunjukkan bagaimana Bologna menang karena sepak bola mereka yang penuh semangat, kerja sama, dan ditambah kematangan taktik dari Vincenzo Italiano.
Menurutnya, klub ini bahkan tetap kompetitif meski menjual nama-nama penting seperti Thiago Motta, Zirkzee, dan Calafiori di bursa trasnfer lalu.
Namun, meski kehilangan pilar kunci, mereka malah menjadi tim yang lebih utuh, menyatu, dan berani.
Sabatini juga menyajikan catatan taktis tajam saat ditumbangkan Bologna, padahal sebelumnya mereka menang 3-1 di liga Serie A.
Ia merasa Milan bermain tanpa arah di parta final. Pertahanan tiga bek mereka rapuh karena minim dukungan dari sayap.
Lini tengah pun lumpuh, Fofana tak bergerak leluasa, Reijnders kehilangan ketajaman. Akibatnya, Jovic dan Pulisic terpaksa turun jauh mencari bola, tanpa hasil berarti.
Baca Juga:Fabio Cannavaro: Bagi Bologna, Kemenangan atas Milan Bernilai Dua Kali LipatJuan Sebastian Veron Menangis Saat Raih Scudetto Bersama Lazio: “Itu Gelar Penuh Penderitaan”
Sementara itu, Bologna tampil disiplin. Mereka berhasil menekan sisi kiri Milan, area yang menjadi andalan Leão dan menyesuaikan taktik dengan cermat.
Bahkan saat Italiano mengubah formasi ke empat bek, Orsolini rela dikorbankan demi keseimbangan tim.
Italiano kemudian memasukkan Casale untuk menjaga Leão, dan taktik itu berhasil.
Sabatini memberikan kredit bagi setiap pemain Bologna. Dari Holm yang tak kenal lelah, Miranda yang merepotkan Pulisic, Lucumì yang kokoh di belakang, hingga duo Freuler-Ferguson yang jadi mesin penggerak di lini tengah.
Di depan, Ndoye tampil gemilang sebagai pencetak gol kemenangan, dan Castro menunjukkan pergerakan cerdas sepanjang laga.