Negara Dirongrong Preman Membuat Presiden Prabowo Subianto Geram, Untung Perintahnya Tidak Begini

Presiden Prabowo Subianto geram
Dadan Alisundana.
0 Komentar

Premanisme di negeri ini semakin sempurna. Terutama ketika preman di luar lembaga pemerintahan kolaborasi dengan preman di luar lembaga pemerintahan. Terkuraslah uang negara. Negara genting!

Gentingnya negara membuat saya teringat dengan negara tetangga Filipina. Sewaktu Rodrigo Duterte terpilih menjadi presiden Filipina di tahun 2016.

Dia langsung mendeteksi narkoba sebagai ancaman terhadap negara. Dia mengambil langkah yang membuat heboh dunia.

Pernyataannya dan aksinya perang terhadap narkoba begitu menggemparkan.

Baca Juga:Keliling Jabar Bersama Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana: Ruang Kajari Bekasi yang HomyKeliling Jabar Bersama Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana: Kajari Garut Hadapi Pemberitaan Tak Profesional

Narkoba dianggap membahayakan dan mengganggu negara. Para pengedar narkoba ditembak mati. Tanpa proses hukum.

Periode Maret 2016 hingga Juli 2019 data polisi setempat, diperkirakan sudah terbunuh 6.000 orang pengedar narkoba.

Pengedar narkoba ada yang ditembak oleh polisi. Tak sedikit dieksekusi oleh individu bersenjata.

Atas aksinya itu pengedar narkoba di Filipina tiarap. Tapi tetap melakukan perlawan. Jurusnya, pelanggaran HAM.

Presiden Rodrigo Duterte pun menerima konsekuensi perangnya atas narkoba itu.

Pengadilan Kriminal Internasional atau International Criminal Court (ICC) menuduh Rodrigo Duterte melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Penyelidikan ICC korban Duterte diperkirakan 12.000 hingga 30.000 orang Filipina pengedar narkoba yang ditembak mati era dia berkuasa.

Maka pada Selasa, 11 Maret 2025 Duterte ditangkap di Bandara Internasional Filipina.

Dibawa ke Belanda untuk diadili di pengadilan kriminal internasional.

Ironis sekali ya. Demi membersihkan negara dari bahaya narkoba, Presiden Rodrigo Duterte mengalami nasib begitu.

Baca Juga:Keliling Jabar Bersama Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana: Kajari Kabupaten Tasik Utamakan Mendidik MoralKeliling Jabar Bersama Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana: Belajar Berani dari Kepala Kejari Kota Banjar

Masalah gangguan preman di Indonesia ada sejak penanganan di tahun 1982 hingga 1985.

Preman ketar-ketir di zaman itu. Banyak yang dibunuh. Berita yang muncul di koran-koran penemuan mayat dan mayat saja.

Ada luka tembak di kening atau dada mayat itu. Ada bekas dijerat lehernya. Ciri fisik tubuh mayat hampir sama: penuh tato. Baik pria maupun wanita.

Kurun tahun itu berita penemuan mayat sering tersaji di halaman depan koran. Juga di berita televisi dan radio.

Mayat ditemukan di dalam karung. Mayat yang tubuhnya bertato. Kening atau dada kirinya ada lubang bekas peluru.

Itulah ending tragis para preman era itu. Sedikitnya data era itu pernah menyebutkan 1.000 preman terbunuh.

Mereka dianggap meresahkan. Bahkan menjadi ancaman keamanan dan ketertiban di wilayah negara Indonesia.

0 Komentar