BANJAR, RADARTASIK.ID – Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Cabang Kota Banjar mengimbau seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap kasus kekerasan seksual yang melibatkan perempuan dan anak.
Fenomena ini, menurut mereka, tidak boleh dianggap sepele karena dampaknya yang sangat merusak masa depan korban.
Neesha Nurwahidayah, Ketua Kopri Cabang Kota Banjar, menyatakan keprihatinannya terhadap semakin meningkatnya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Kota Banjar.
Baca Juga:Warga Binaan Tanam Melon secara Terorganisir di Penjara Kota BanjarNominal Bantuan untuk Pondok Pesantren di Kota Banjar Belum Layak, Jumlah Santri Bisa Jadi Patokan
”Kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak di Kota Banjar menunjukkan tren yang mengkhawatirkan,” ungkapnya, Rabu, 14 Mei 2025.
Kasus kekerasan yang dialami oleh anak-anak tidak hanya terbatas pada kekerasan fisik, tetapi juga mencakup kekerasan verbal dan emosional.
Menurut data yang ada, dalam tiga tahun terakhir tercatat puluhan kasus kekerasan seksual terhadap anak yang sebagian besar terjadi pada rentang usia 7 hingga 17 tahun.
Beberapa faktor penyebab utama di balik meningkatnya kasus ini adalah lingkungan keluarga yang tidak kondusif, lemahnya pengawasan dari orang tua, dan rendahnya literasi mengenai perlindungan anak di masyarakat.
Neesha menegaskan, kondisi ini sudah masuk dalam kategori darurat perlindungan anak, karena banyak kasus kekerasan yang terjadi justru di dalam rumah atau dalam lingkungan terdekat korban.
Dia juga menyayangkan ketidaksesuaian antara penghargaan Kota Layak Anak yang diterima oleh Pemerintah Kota Banjar dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Penghargaan tersebut seharusnya menjadi indikator dan komitmen pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak, namun hal tersebut tidak tercermin dalam peningkatan perlindungan anak di masyarakat.
Baca Juga:Gak Perlu Modal, Dapat Rp300 Ribu! Ini Aplikasi Penghasil Saldo DANA Tercepat 2025Bisa Untung Kalau Gini! Yuk Raih Ratusan Ribu dengan Game Penghasil Dana Langsung Cair, di Play Store Ada?
Kekerasan seksual, tambah Neesha, tidak hanya merusak kehidupan anak, tetapi juga dapat berakibat pada perceraian.
Trauma psikologis yang ditimbulkan dapat mengganggu stabilitas hubungan rumah tangga.
Akibatnya, perceraian menjadi pilihan bagi pasangan yang merasa tidak lagi aman dan nyaman dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka.
Perceraian, yang berpotensi mempengaruhi kehidupan rumah tangga, tidak hanya berimplikasi pada pasangan yang terlibat, tetapi juga pada anak-anak mereka.
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang terpisah seringkali menghadapi berbagai masalah psikologis, seperti penurunan prestasi belajar dan gangguan sosial.