Salah satu caranya, yakni harus menambah literasi juga pengetahuan soal birokrasi khususnya penganggaran. Jangan sampai niat baik membenahi malah menimbulkan bully, karena tidakpahaman dalam menyampaikan kebijakan yang dilontarkan secara tidak utuh.
Alhasil, hal yang baik pun terkesan tidak bekerja. Sebab cara penyampaian hingga memahami suatu persoalan terkesan malah dijawab dengan konten. Bukan dengan aksi nyata memberikan solusi dan kemudahan bahi masyarakat.
Maka dalam hal ini, publik wajib mendorong dan memberikan masukan bagi Viman Alfarizi untuk tidak terlalu mendengarkan “pembisik”. Tetapi harus “ajeg” dan memiliki mimpi serta cita-cita serius dalam memajukan Kota Tasikmalaya.
Baca Juga:Real! Game Penghasil Uang Ini Bisa Bikin Kamu Kaya Raya375 Anggota Pramuka dari 17 Pangkalan Adu Keterampilan di LT II Tingkat Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya
Sebab pembisik itu biasanya lebih pintar dari pada orang yang dibisiki, ditambah banyak kaki-kaki Viman khususnya di luar pemerintahan membuat stabilitas birokrasi maupun masyarakat menjadi tidak kondusif.
Padahal, publik hanya butuh kepastian, respons cepat dan arah kebijakan yang jelas. Sehingga semua program maupun kebijakan bisa diterima dan dijalankan secara bersama dengan masyarakat.
Maka tidak perlu buzzer atau influencer untuk menerangkan ke publik. Justru masyarakat ingin mendengarkan arahan, kebijakan dan narasi yang dibangun secara original dari kepala daerahnya.
Selamat bertugas Kang Wali, masih ada 1.725 hari lagi ke depan untuk memperbaiki, mengubah serta memajukan Kota Tasikmalaya yang dicintai ini. (red)