TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Belakangan ini, ruang digital dan perbincangan publik diramaikan dengan perbandingan antara Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi.
Keduanya memang berasal dari partai yang sama yakni Gerindra, namun membandingkan keduanya secara langsung seperti membandingkan apel dengan jeruk — berbeda karakteristik, kewenangan, hingga jam terbang.
Kritik dan ekspektasi tentu sah-sah saja, namun adil kiranya jika masyarakat memberi ruang yang cukup bagi Viman Alfarizi untuk membuktikan dirinya.
Baca Juga:Real! Game Penghasil Uang Ini Bisa Bikin Kamu Kaya Raya375 Anggota Pramuka dari 17 Pangkalan Adu Keterampilan di LT II Tingkat Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya
Di usianya yang baru genap 37 tahun, Viman adalah sosok pemimpin muda yang tengah berada dalam masa produktif, penuh semangat, dan memiliki pendekatan yang lebih modern dalam melihat tantangan perkotaan.
Perbedaan usia dan pengalaman jelas memengaruhi cara memimpin dan mengeksekusi kebijakan.
Kang Dedi Mulyadi dikenal dengan gaya komunikatif dan sentuhan budaya lokal yang kental — sesuatu yang ia bangun selama bertahun-tahun di berbagai level pemerintahan.
Sementara Viman baru saja menapaki kursi Wali Kota, membawa semangat baru dan visi segar yang belum sepenuhnya tereksplorasi.
Menilai secara proporsional, artinya tidak terburu-buru menghakimi dari permukaan. Kinerja Pemerintah Kota Tasikmalaya tak bisa hanya diukur dari viralitas atau gaya tampil semata.
Butuh waktu untuk melihat hasil dari kebijakan, konsistensi dari arah pembangunan serta kemampuan dalam merespons aspirasi warganya.
Viman sendiri telah menunjukkan niat serius untuk membenahi Kota Tasikmalaya. Langkah-langkah awal yang ia ambil mengindikasikan komitmen terhadap perbaikan tata kelola kota, pelayanan publik, serta keterlibatan generasi muda dalam pembangunan.
Baca Juga:Hadirkan Belanja Murah dan Praktis di Cahaya Abadi Minimarket CisayongAnggota DPRD Provinsi Jawa Barat Budi Mahmud Saputra SE Dorong Revisi Perda Pendidikan Agar Lebih Adaptif
Ia juga dinilai lebih terbuka dalam menerima masukan, dan aktif menjalin komunikasi dua arah dengan warga. Meski pun dari cara penyampaian atau narasinya terkesan aulit dipahami.
Daripada sibuk membandingkan, lebih bijak jika publik mendukung dan mengawasi secara konstruktif. Pemimpin muda seperti Viman butuh ekosistem yang sehat untuk berkembang dan bekerja maksimal.
Apalagi, kemajuan suatu kota tidak hanya bergantung pada pemimpinnya, tetapi juga partisipasi dan dukungan warganya.
Mungkin saat ini belum semua terlihat nyata, namun perjalanan membangun tidak pernah instan. Mari beri kesempatan yang adil bagi Viman Alfarizi untuk membuktikan kapasitasnya sebagai pemimpin masa depan Tasikmalaya.