RADARTASIK.ID – Program KUR BRI 2025 memang menjadi peluang bagi banyak UMKM, namun bukan berarti para pelaku usaha bisa terus menerus mengandalkan program tersebut selamanya
Ada batas maksimal pinjaman KUR BRI, artinya pelaku usaha tidak bisa selamanya mengajukan kredit tersebut.
Pinjaman KUR BRI hanya boleh diajukan sebanyak empat kali oleh satu debitur.
Baca Juga:Oppo Reno 14 Pro Tahan Air dengan Sertifikasi IP68 dan IP69, Cocok untuk Pengguna AktifBegini Cara Mengelola Pinjaman KUR BRI 2025 Plafon 100 Juta Tenor 3 Tahun agar Cicilan Tetap Jalan
Aturan ini mungkin menimbulkan pertanyaan, bagaimana dampaknya bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah?
KUR BRI selama ini dikenal sebagai solusi pembiayaan dengan bunga ringan dan tenor yang fleksibel.
Program ini sangat membantu pelaku usaha yang kesulitan mendapat akses ke pinjaman dari lembaga keuangan konvensional.
Namun, dengan adanya pembatasan jumlah pengajuan maksimal, UMKM dituntut lebih cermat dalam merencanakan pinjaman sejak awal.
Kebijakan ini diyakini sebagai upaya untuk mendorong pelaku usaha agar semakin berkembang
Artinya, setelah mendapatkan bantuan modal melalui KUR hingga empat kali, UMKM diharapkan sudah lebih mapan dan bisa beralih ke skema pembiayaan komersial.
Di sisi lain, kebijakan ini bisa menjadi tantangan bagi UMKM yang tak bisa lagi ajukan KUR BRI, karena masih membutuhkan dukungan modal untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha.
Bagi UMKM pemula, program KUR tetap menawarkan sejumlah kemudahan.
Baca Juga:Tertarik Beli Xiaomi 15? Simak Dulu Fitur Unggulan dan Simulasi Kreditnya!KUR BSI 2025 untuk Pemula: Cicilan Ringan dan Minim Risiko, Cocok Buat Bisnis Pertamamu!
Syarat pengajuan KUR BRI 2025 masih tergolong ringan, seperti memiliki usaha aktif minimal enam bulan, melengkapi dokumen usaha, dan menyertakan identitas pribadi.
Suku bunga tetap terjangkau, yakni sekitar 6% per tahun untuk pinjaman pertama, dan jangka waktu pinjaman bisa dipilih antara 12 hingga 60 bulan.
Namun, dengan adanya batasan jumlah pengajuan, pelaku UMKM perlu lebih strategis.
Jangan sampai pinjaman digunakan untuk kebutuhan konsumtif atau keperluan jangka pendek yang tidak memberi dampak signifikan pada pertumbuhan usaha.
Lebih baik, pinjaman difokuskan untuk pembelian aset produktif, penambahan stok, atau pengembangan kapasitas produksi.
Satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah pengelolaan keuangan. Setelah keempat kali pinjaman terlewati, UMKM harus mulai mencari alternatif pembiayaan lain.
Misalnya, melalui koperasi, investor lokal, atau skema pembiayaan perbankan reguler.
Dalam jangka panjang, kemampuan mengelola dana dan membangun rekam jejak keuangan yang baik akan sangat menentukan keberlanjutan bisnis.