Italian Connection: Rahasia Kesuksesan Inter Milan yang Harus Ditiru Juventus

Francesco Acerbi
Francesco Acerbi merayakan gol perdana di Liga Champions bersama Barella dan Di Marco. Foto: Tangkapan layar Instagram@inter
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Ada sesuatu yang sangat Italia dalam kesuksesan Inter Milan melaju ke babak final Liga Champion musim ini.

Bukan hanya karena mereka lolos dengan menumbangkan Barcelona dalam laga dramatis 4-3 di San Siro.

Lebih dari itu, keberhasilan Inter berakar dari satu kekuatan utama yang kerap terlupakan di sepak bola modern: rasa memiliki dan mengandalkan kekuatan dari pemain lokal Italia.

Baca Juga:Derby AC Milan vs Inter U-16 Ricuh, 5 Pemain Kena SanksiClaudio Beneforti: Duel AC Milan vs Bologna Mirip Laga Inter vs Barcelona

Menghadapi laga hidup mati melawan Barca, Kapten Lautaro Martinez memaksakan diri turun ke lapangan meski dalam kondisi cedera.

“Saya menangis dua hari di rumah setelah kekalahan di leg pertama,” akunya.

Bermain dengan kondisi cedera, Lautaro menunjukkan Inter ada dalam darahnya yang membuatnya terus berjuang dan mencetak gol serta mendapatkan hadiah penalti.

Di sekeliling sang kapten, para pemain Inter asal Italia tampil luar biasa.

Francesco Acerbi mencetak gol perdana di Liga Champions pada usia 37 tahun. Barella berlari tanpa lelah, Bastoni menahan gempuran Lamine Yamal, Frattesi mencetak gol penting.

Dimarco baahkan memberi saran kepada Inzaghi meski nyaris tumbang karena kelelahan, dan Darmian masih berlari di usia 35 tahun.

Itulah dua DNA Inter: rasa memiliki dan koneksi Italia yang kuat yang harus ditiru oleh Juventus.

Baca Juga:Franco Ordine Minta Manajemen AC Milan Belajar ke Inter: Sulit Bersaing Jika Bisnis Inti Klub Bukan PrestasiInter Catatkan Sejarah Sebagai Tim dengan Penghasilan Tertinggi di Serie A, Lampaui Rekor Juventus,

Di sisi lain, musim ini Juventus seperti kehilangan jati diri dengan memecat Danilo, seorang kapten berintegritas yang punya rasa memiliki terhadap klub.

Pemain muda hasil binaan akademi sendiri dilepas juga satu per satu: Kean, Fagioli, Miretti, Nicolussi Caviglia, hingga Rovella.

Yang tersisa adalah skuad tanpa warna Italia yang selama ini menjadi ciri khas Nyonya Tua.

Padahal, Juventus punya sejarah panjang yang menunjukkan bahwa blok pemain Italia adalah fondasi kesuksesan mereka sejak jaman “baheula”.

Berawal dari tim nasional di Piala Dunia 1978 yang dihuni sebagain besar pemain Juventus dan berlanjut ke skuad legendaris 1982 (Zoff, Gentile, Cabrini, Tardelli).

Lalu datang era keemasan 90-an bersama Lippi, dengan generasi 2006 (Buffon, Cannavaro, Del Piero).

Italian Connection Juve ditutup dengan siklus sembilan gelar Scudetto beruntun bersama pemain seperti Chiesa dan Bernardeschi, yang menjadi pilar juara Euro 2021 silam.

0 Komentar