Keliling Jabar Bersama Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana: Kajari Garut Hadapi Pemberitaan Tak Profesional

Kajari Garut
Kajari Garut Helena Octavianne SH MH CSSL CCD bersama motivator nasional Dr Aqua Dwipayana. 
0 Komentar

Juga era pascakemerdekaan, pers memiliki fungsi dan peran mengawal tujuan Indonesia merdeka. Yakni terwujudnya masyarakat adil dan makmur.

Saya sebagai insan pers, tergelitik juga. Lalu nimbrung ikut pembicaraan. Saya jelaskan ke Kajari Garut Helena Octavianne, kalau insan pers terganggu dengan media yang tidak profesional.

Sejak reformasi dan ketentuan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dihapuskan tahun 1998, ratusan media-media baru bermunculan. Euforia sesaat.

Baca Juga:Keliling Jabar Bersama Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana: Kajari Kabupaten Tasik Utamakan Mendidik MoralKeliling Jabar Bersama Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana: Belajar Berani dari Kepala Kejari Kota Banjar

Media-media baru itu tidak bertahan lama. Berguguran karena keterbatasan modal, pengelolaan manajemen, dan terutama sumber daya manusia (SDM) asal rekrut.

SDM asal rekrut yang merasa pernah jadi wartawan dan medianya sudah tidak ada jadi ”gentayangan”. Jadinya banyak julukan untuk mereka sebagai pembeda dengan wartawan profesional.

Ada WTS (wartawan tanpa surat kabar), Muntaber (muncul tanpa berita), CNN (Cuma nengok-nengok doang), Bodrek dan lain-lain

Era sekarang semakin menjadi-jadi. Media online salah satunya. Siapa saja dengan gampangnya membuat portal berita. Tanpa mengindahkan peraturan yang mengikat pers.

Baik UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers, Kode Etik Jurnalistik, maupun Peraturan Dewan Pers.

Dikiranya mendirikan media, salah satunya media online dapat serampangan. Lalu jadi alat menakuti, mengintimidasi untuk tujuan-tujuan yang jauh dari seharusnya pers.

Korban sudah banyak. Imbasnya image media profesional ikut tercoreng. Profesi wartawan konotasinya buruk.

Baca Juga:Kejar-kejaran dengan Huawei, Nvidia Hadapi Tantangan Global di Tengah Perang AIbank bjb Tampil Solid di Triwulan I 2025, Laba Tembus Rp 606 Miliar

Kajari Garut Helena Octavianne merasakan menjadi korban media online yang tidak profesional.

Tapi kali ini media online tidak profesional itu salah pilih sasaran. Helena Octavianne, Kajari Garut. Tanpa takut perempuan ini tegas melawannya.

Malam semakin menuju larut. Dr Aqua Dwipayana pamit. Sebab harus melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Helena Octavianne dan suami mengantar sampai pintu lift. Mereka janji untuk bertemu lagi. (Dadan Alisundana)

0 Komentar