“Anak-anak harus jadi agen informasi bagi keluarga mereka. Simulasi ini bukan hanya edukasi formal, tapi juga membangun budaya evakuasi mandiri di rumah masing-masing,” ujar Ucu.
Namun, keterbatasan sarana prasarana, termasuk alat-alat penyelamatan, masih menjadi kendala utama.
Ucu mengungkapkan, idealnya, kesiapsiagaan juga ditunjang dengan peralatan modern seperti kendaraan pemadam bertangga untuk menjangkau gedung tinggi. Sayangnya, hingga kini, harapan itu belum sejalan dengan kenyataan.
Baca Juga:Persiapan Kota Tasikmalaya Jelang Apeksi 2025: Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga!Petani Resah, Maling Gabah Padi Makin Gentayangan di Kawalu Kota Tasikmalaya
“Saya tidak banyak berharap. Terlalu banyak wacana. Tapi dalam kondisi sekarang saya justru pesimis,” ujar Ucu saat menanggapi rencana bantuan Pemkot terkait penambahan alat penyelamatan.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk mengurangi tanggung jawab pelayanan kemanusiaan.
Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, yang turut hadir dalam simulasi, menegaskan pentingnya edukasi bencana dimulai dari elemen terkecil masyarakat.
Menurutnya, kesiapsiagaan bukan sekadar acara seremonial, melainkan harus menjadi kesadaran kolektif yang dibentuk sejak dini, termasuk di lingkungan sekolah.
“Kita laksanakan kegiatan ini untuk membentuk kesiapan pelajar menghadapi bencana. Ini sejalan dengan pendekatan nasional yang menekankan pentingnya kesiapsiagaan mulai dari unit terkecil,” jelas Viman.
Viman juga menyebut bahwa pemerintah kota akan melakukan pendataan dan inventarisasi terhadap sarana pendidikan yang perlu renovasi, termasuk aspek keamanan bangunan. Namun, ia mengakui keterbatasan anggaran menjadi tantangan utama dalam realisasi rencana tersebut.
“Skala prioritas harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah, dan tentu perlu sinergi dengan provinsi serta pusat,” ucapnya.
Baca Juga:Baru 12 Orang Diperiksa Polda Jabar Terkait Hibah 30 Miliar di Kabupaten TasikmalayaPesan H Amir Mahpud: Cecep-Asep Diminta Cat dan Bersihkan Masjid Agung Kabupaten Tasikmalaya!
Meski dengan segala keterbatasan, simulasi ini diharapkan menjadi pemantik kesadaran bahwa keselamatan siswa bukan hanya urusan kurikulum, tapi juga komitmen semua pihak.
Infrastruktur yang rapuh, edukasi yang belum merata, dan alat penyelamatan yang minim menjadi refleksi bahwa kesiapsiagaan masih harus diperjuangkan lebih serius, bukan hanya dijanjikan. (*)