DI tengah riuhnya wacana tentang pentingnya literasi dan budaya baca, seorang pemuda justru bergerak sendiri. Ia membawa buku ke ruang publik dengan cara yang sederhana: membuka lapak di pinggir jalan.
Lutfi Alfianto (23), mantan karyawan toko buku nasional, kini berjualan buku bekas dan baru di Jalan RE Djaelani, Kota Tasikmalaya. Sayangnya, upaya kecilnya belum juga mendapat perhatian dari pemerintah daerah maupun institusi pendidikan tinggi.
“Saya sudah kirimkan pesan kerja sama ke beberapa kampus dan Dispusipda (Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah), tapi sampai sekarang belum ada tanggapan,” kata Lutfi, Senin (29/4/2025).
Baca Juga:Baru 12 Orang Diperiksa Polda Jabar Terkait Hibah 30 Miliar di Kabupaten TasikmalayaPesan H Amir Mahpud: Cecep-Asep Diminta Cat dan Bersihkan Masjid Agung Kabupaten Tasikmalaya!
Padahal, ia berharap ada bentuk kolaborasi, baik untuk suplai buku, program literasi, atau kegiatan edukatif lainnya. Langkah Lutfi bukan tanpa alasan. Ia ingin dunia literasi bisa hadir di ruang terbuka, bisa disentuh siapa saja tanpa batasan ruang dan biaya. Namun keterbatasan modal membuatnya tak bisa menyewa tempat strategis di pusat keramaian.
“Saya pernah tanya-tanya buat sewa lapak di lokasi ramai, tapi tarifnya bisa sampai jutaan per bulan. Bahkan ada yang bukan pemilik resmi, cuma ‘kuasai’ lokasi saja dan minta harga tinggi di awal,” katanya.
Ketidakmampuannya menyewa tempat di pusat kota membuat Lutfi memilih jalanan sebagai ruang usahanya. Dengan modal seadanya, ia menggelar buku di rak yang ia buat sendiri, mulai jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Di sana, ia menjual berbagai buku dari novel, biografi, buku anak, hingga literatur pengembangan diri dengan harga mulai dari Rp10.000.
Lutfi mengaku minat bacanya sudah tumbuh sejak sekolah. Pengalamannya bekerja di penerbit dan toko buku besar membuatnya akrab dengan dunia literasi. Namun, keputusan untuk berhenti dan membangun usaha sendiri muncul dari tekad serta inspirasi dari tokoh yang ia kagumi, Bob Sadino. Ia mengutip kisah Sadino tentang pemuda yang ingin pekerjaan.
“Kamu punya kaki? Aku beli satu kakimu 500 juta, mau?” katanya menirukan.
“Berarti kamu punya aset 1 miliar untuk mulai usaha,” tambahnya.