Ia tampil penuh semangat, memenangi duel, membuka ruang, dan bermain dengan teknik tinggi.
Tapi yang paling mencolok: dia menikmati permainan, sesuatu yang sudah lama tak terlihat darinya.
Bayangkan, siapa yang akan menyangka tiga bulan lalu bahwa Milan bisa mengalahkan Inter di final Piala Italia, dengan Jovic sebagai bintang utamanya?
Baca Juga:Luka Jovic: Bocah Ajaib Milan yang Tak Menyerah di Masa SulitJurnalis Italia: Tanpa Tiket Liga Champions, Nasib Tudor di Ujung Tanduk
Kemenangan ini juga menjadi penebusan bagi Jovic yang sempat berada di ambang pintu keluar klub setelah musim panas lalu hanya mendapat perpanjangan kontrak seadanya.
Jovic mengalami masa dulit dan hanya bermain kurang dari 200 menit di Serie A serta baru satu kali turun sebagai starter sepanjang musim.
Namun, dalam total 12 penampilan di semua kompetisi, ia mencetak empat gol—dua di liga dan dua di Piala Italia yang membuatnya jadi penyerang paling efisien di skuad Milan saat ini.
Performa mengejutkan Jovic sebenarnya tak membuat rekannya seperti Mike Maignan terkejut.
“Kami semua tahu betapa kuatnya dia. Dia nomor 9 yang luar biasa—kuat, pintar membaca ruang, dan mematikan di dalam kotak penalti,” ujar kapten Mike Maignan dalam konferensi pers.
“Kami tidak terkejut, hanya senang karena dia layak mendapat ini semua,” sanjungnya.
Harus menang melawan Inter, keputusan pelatih Conceicao untuk kembali mempercayai Jovic bisa dibilang perpaduan antara keberanian dan risiko.
Baca Juga:Inter Dihajar AC Milan 3-0, Stefan De Vrij: Kekalahan Ini Sangat Menyakitkan Juventus Tumbang di Kandang Parma, Ramalan Hernan Crespo Terbukti
Namun, Jovic menjawab kepercayaan pelatih dengan performa yang mengingatkan publik pada masa keemasannya di Eintracht Frankfurt yang membuatnya diboyong Real Madrid dengan banderol 50 juta euro.
Kini, masa depan Jovic di Milan kembali terbuka. Dari penghangat bangku cadangan, ia kini menjelma jadi cahanya di tengah era kegelapan Rossoneri sekarang ini.