Kajari Heru Widjatmiko langsung merespons. Meminta stafnya membantu Dr Aqua Dwipayana agar dapat terakses zoom meeting dengan Kejaksaan Negeri Garut.
Dampak mobil bermasalah di SPBU menjadikan jadwal Dr Aqua Dwipayana terganggu. Harusnya setelah mampir di Kejari Kabupaten Tasikmalaya, lanjut ke Kejari Garut.
Kajari Garut Helena Octaviane sudah mengumpulkan jajaran Kejari Garut untuk sharing komunikasi.
Baca Juga:Keliling Jabar Bersama Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana: Belajar Berani dari Kepala Kejari Kota BanjarFraksi PPP dan PKS DPRD Soroti Implementasi Perda Fasilitasi Pesantren di Kabupaten Tasikmalaya
Begitu tahu ada kendala di perjalanan, langsung disiapkan untuk zoom. Jadinya sharing komunikasi pun berlangsung via zoom. Numpang tempat di Kejari Kabupaten Tasikmalaya.
Sambil menunggu Dr Aqua Dwipayana zoom dengan jajaran Kejari Garut, saya berbincang banyak hal dengan Heru Widjatmiko.
Pria asal Cilacap, daerah yang dikenal sebagai pengguna bahasa Jawa ngapak. Heru pun bercerita pengalamannya. Mulai soal profesinya sebagai jaksa, sampai pendapatnya tentang Indonesia Emas tahun 2045.
Satu hal yang Heru Widjatmiko prihatin. Masalah adab anak-anak generasi kekinian.
Disinggung juga tentang kebiasaan bicara seorang ahli filsafat yang namanya populer. Tetapi bahasa yang sering diungkapkannya bagi Heru memprihatinkan.
”Bagaimana kalau dicontoh anak-anak kita. Mereka mengatakan dungu, goblok ke orang yang lebih tua. Ini pentingnya adab dibandingkan ilmu pengetahuan,” kata Heru Widjatmiko mengungkapkan keprihatinannya.
Heru menyoroti juga tentang kasus yang dominan di hampir semua kejaksaan di Jawa Barat. Yakni narkoba.
Baca Juga:Inilah Kinerja PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk dalam Laporan Tahunan TerbaruLaporan Keuangan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk untuk Triwulan I 2025: Analisis Keuangan dan Kinerja Usaha
Didik Anak Soal Moral
Kami pun terlibat diskusi cukup serius. Membahas bagaimana dampak narkoba menghancurkan generasi bangsa.
Narkoba jadi ancaman bagi terwujudnya Indonesia Emas 2045. Modal menggapai Indonesia Emas adalah bonus demografi.
Narkoba membuat anak-anak generasi milenial, generasi Z, hingga generasi Alpha, akan rusak fisik dan mentalnya. Mereka yang terpapar narkoba bisa menjadi generasi kurang produktif.
Malah cenderung menjadi bencana demografi. Efek narkoba jadi sakit-sakitan, mentalnya hancur sehingga tidak produktif. Jadi beban negara.
Benteng penyelamatan anak-anak generasi penerus itu, kata Heru Widjatmiko, kembali ada di keluarga.
”Setinggi apa pun pangkat jabatan bapaknya, kalau anak tidak berhasil dianggap tidak berhasil,” begitu keyakinan Heru.
Berhasil maksudnya, bagaimana agar anak dapat menjalani hidup normal pada umumnya. Salah satunya bekerja.