Di sisi lain, perusahaan seperti Kimberly-Clark menghadapi tekanan biaya hingga $300 juta akibat konflik dagang global. Namun mereka tidak serta merta menaikkan harga.
Sebagai gantinya, perusahaan sedang mengevaluasi ulang rantai pasoknya demi menemukan alternatif yang lebih efisien.
”Tidak sesederhana ’tarif naik, maka harga juga harus naik’,” ungkap CEO Kimberly-Clark, Michael Hsu.
Baca Juga:Hasil RUPST Bank SMBC Indonesia 2025: Pemimpin Baru, Laba MenggembirakanBagaimana PT Trisula International Tbk (TRIS) Menghadapi Pelemahan Rupiah dan Ketegangan Perdagangan AS?
Michael Hsu menekankan bahwa menaikkan harga bukan solusi instan karena proses pengadaan barang pun memerlukan waktu.
Namun, perusahaan kecil tidak memiliki kelonggaran sebesar itu.
Hampir setengah dari usaha kecil di AS mengaku telah menaikkan harga sejak awal tahun, dan lebih dari separuh lainnya berencana melakukan hal yang sama dalam waktu dekat, menurut survei yang dilakukan oleh Vistage Worldwide.
Zuru, produsen mainan yang memproduksi barangnya di Tiongkok, mulai menyesuaikan harga untuk tiap produknya dengan cermat.
Mereka memperhatikan batas psikologis harga yang sensitif bagi konsumen, seperti $9,99 atau $19,99.
”Begitu melewati angka-angka itu, persepsi nilai berubah drastis,” kata Nick Mowbray, pemimpin perusahaan itu bersama saudaranya.
Untuk produk-produk impulsif seperti balon air ”Bunch O Balloons”, mereka bahkan mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah isi kemasan agar harga tetap stabil.
Namun, untuk produk koleksi seperti ”Fugglers”, Zuru akhirnya memilih menaikkan harga lebih dari 60 persen.
Baca Juga:Inilah Kinerja PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk dalam Laporan Tahunan TerbaruLaporan Keuangan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk untuk Triwulan I 2025: Analisis Keuangan dan Kinerja Usaha
Di Action Holdings, perusahaan e-commerce yang menjual berbagai barang dari alat memanggang hingga tali anjing, pengujian harga dilakukan hampir setiap minggu.
Mereka menemukan bahwa harga $29,99 lebih diterima konsumen dibanding kenaikan bertahap ke $26,99 atau $27,99, yang justru terasa tidak wajar di mata pembeli. Ini menunjukkan betapa pentingnya memahami psikologi harga.
Fastenal, distributor peralatan industri, juga telah menaikkan harga sejak April.
Mereka bahkan mengembangkan alat analisis harga sejak gelombang tarif pertama di tahun 2018 untuk membantu menjelaskan kepada pelanggan alasan di balik kenaikan tersebut.
Mantan CFO Fastenal, Holden Lewis, menyatakan bahwa skala masalah kali ini jauh lebih besar dan belum pernah dihadapi sebelumnya.
Pada akhirnya, strategi menaikkan harga di tengah tekanan tarif global bukanlah keputusan sederhana.