RADARTASIK.ID – PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) adalah salah satu perusahaan terkemuka yang bergerak dalam produksi minyak nabati dan industri terkait, dengan kantor pusat di Kabupaten Bekasi Jawa Barat dan memiliki pabrik lainnya di Kalimantan Barat.
Dalam laporan keuangan yang baru saja diterbitkan untuk periode yang berakhir pada 31 Maret 2025, perusahaan dengan kode emiten CEKA itu memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja keuangan mereka di triwulan pertama tahun ini.
Laporan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 April 2025 ini memberikan informasi yang sangat berharga bagi para investor, analisis pasar, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengevaluasi posisi keuangan serta prospek pertumbuhan perusahaan.
Baca Juga:Kejaksaan Sita 200 Lebih Barang Bukti dalam Kasus Dugaan Korupsi Ketua DPRD Kota BanjarHarta Kekayaan DRK, Ketua DPRD Kota Banjar yang Ditetapkan Tersangka Dugaan Kasus Korupsi Tunjangan Perumahan
Kinerja Keuangan CEKA Triwulan I 2025
Pada 31 Maret 2025, PT Wilmar Cahaya Indonesia mencatatkan total aset sebesar Rp 2.585 triliun, meningkat signifikan dibandingkan dengan Rp 2.385 triliun pada 31 Desember 2024.
Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan aset lancar yang mencatatkan angka Rp 2.276 triliun, dibandingkan dengan Rp 2.076 triliun pada akhir tahun 2024.
Ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan likuiditas dan posisi keuangan jangka pendeknya.
Di sisi lain, total liabilitas perusahaan mengalami peningkatan, dari Rp 476,49 triliun pada 31 Desember 2024 menjadi Rp 577,73 triliun pada 31 Maret 2025.
Peningkatan ini sebagian besar berasal dari liabilitas jangka pendek yang mencapai Rp 538,1 triliun.
Meskipun ada kenaikan dalam kewajiban, struktur permodalan perusahaan tetap sehat dengan ekuitas mencapai Rp 2,01 triliun pada Maret 2025, meningkat dibandingkan dengan Rp1,91 triliun pada tahun sebelumnya.
Pendapatan dan Laba CEKA
Pendapatan CEKA mengalami kenaikan signifikan di triwulan pertama 2025, mencapai Rp 2,27 triliun, dibandingkan dengan Rp 1,69 triliun di periode yang sama pada 2024.
Baca Juga:Coca-Cola vs Pepsi, Tarif Trump Mengubah Arah Perang SodaPerdana Menteri China Dorong Pejabat untuk Berpikir Out of the Box dalam Menghadapi Dampak Perang Dagang
Ini mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam memperluas pasar dan meningkatkan volume penjualan, khususnya dari kontrak dengan pelanggan.
Namun, meskipun ada peningkatan pendapatan, laba bruto perusahaan hanya tercatat sebesar Rp 156,71 miliar, meningkat dari Rp 94,36 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan harus menghadapi tekanan pada margin keuntungan, kemungkinan akibat peningkatan biaya produksi atau distribusi.
Laba bersih perusahaan untuk periode yang berakhir pada 31 Maret 2025 tercatat sebesar Rp 98,59 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan Rp 50,33 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.