Coca-Cola vs Pepsi, Tarif Trump Mengubah Arah Perang Soda

Coca-Cola vs Pepsi
Persaingan antara Coca-Cola vs Pepsi semakin dipengaruhi oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat. (Coca-Cola & Pepsi/Instagram)
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Persaingan antara Coca-Cola vs Pepsi, yang telah berlangsung selama beberapa dekade, kini semakin dipengaruhi oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat.

Seiring dengan pergeseran dalam perang dagang global, kedua perusahaan ini menghadapi tantangan baru yang membuat persaingan mereka semakin sulit.

Pada dasarnya, inti dari perbedaan antara Coke dan Pepsi terletak pada lokasi produksi konsentrat resep rahasia mereka.

Baca Juga:Perdana Menteri China Dorong Pejabat untuk Berpikir Out of the Box dalam Menghadapi Dampak Perang DagangRekomendasi Sabun Muka Pria Terbaik untuk Kulit Sehat dan Bersih di Tahun 2025

Konsentrat tersebut dibuat di fasilitas khusus dan kemudian dikirim ke pabrik pembotolan di seluruh dunia.

Di pabrik pembotolan, konsentrat dicampur dengan air, gelembung, dan pemanis untuk menghasilkan minuman soda yang konsumen kenal.

PepsiCo, lebih dari lima dekade lalu, mulai memproduksi konsentrat di Irlandia untuk memanfaatkan tarif pajak perusahaan yang lebih rendah.

Namun, kebijakan pajak yang awalnya menguntungkan perusahaan ini kini menjadi bumerang.

Konsentrat yang digunakan untuk hampir semua penjualan Pepsi dan Mountain Dew di AS sekarang dikenakan tarif 10 persen.

Di sisi lain, Coca-Cola juga memproduksi konsentrat di Irlandia, namun sebagian besar konsentrat untuk pasar Amerika diproduksi di Atlanta dan Puerto Rico, wilayah AS.

Hal ini menjadikan produk Coca-Cola, seperti Coke dan Sprite, lebih terlindungi dari dampak tarif Donald Trump ini.

Baca Juga:Rekomendasi Sabun Pembersih Wajah yang Efektif Mengatasi Kulit Berminyak dan KusamPendapatan Netflix Tembus Rp 177 triliun, Tumbuh 12,5 Persen Berkat Langganan dan Iklan

Carlos Laboy, seorang analis di HSBC, mengungkapkan, Irlandia telah lama menjadi tempat yang menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan besar berkat kebijakan pajaknya.

”Ireland sudah lama memiliki keuntungan pajak—hingga tarif dikenakan,” ungkap Laboy seperti dikutip WSJ.

Namun, tarif Trump yang baru diterapkan memberikan tantangan besar, yang tidak pernah diprediksi sebelumnya.

Saat ini, Pepsi berada dalam posisi yang lebih sulit karena dampak dari kebijakan tarif AS ini.

Selain itu, baik Coca-Cola maupun PepsiCo juga menghadapi kemungkinan kerugian akibat tarif 25 persen yang dikenakan atas impor aluminium oleh AS pada bulan Maret.

Coca-Cola mengimpor sebagian aluminium dari Kanada, yang dapat meningkatkan harga soda.

CEO Coca-Cola, James Quincey, menjelaskan, perusahaannya bisa mengurangi dampak tarif Trump ini dengan menggunakan lebih banyak botol plastik atau dengan mencari sumber aluminium dari dalam negeri.

0 Komentar