Perdana Menteri China Dorong Pejabat untuk Berpikir Out of the Box dalam Menghadapi Dampak Perang Dagang

Perdana Menteri China
Perdana Menteri China, Li Qiang (kiri), bersalaman dengan Presiden Xi Jinping dalam salah satu rapat kenegaraan beberapa waktu lalu. (YouTube)
0 Komentar

Dalam konferensi pers, Presiden Trump mengungkapkan optimisme bahwa kesepakatan dapat tercapai dalam waktu tiga hingga empat minggu mendatang, meskipun dia menolak untuk mengungkapkan apakah sudah ada komunikasi dengan Presiden China, Xi Jinping.

Trump juga menunjukkan, dia mungkin tidak akan menaikkan tarif lebih lanjut, karena hal tersebut dapat mengurangi daya beli produk di pasar AS.

Di sisi lain, Beijing menyatakan, mereka tidak akan mengikuti eskalasi tarif lebih lanjut, dengan menyebut tindakan tersebut sebagai permainan angka yang tidak memiliki dampak ekonomi signifikan.

Baca Juga:Rekomendasi Sabun Muka Pria Terbaik untuk Kulit Sehat dan Bersih di Tahun 2025Rekomendasi Sabun Pembersih Wajah yang Efektif Mengatasi Kulit Berminyak dan Kusam

Sementara itu, Amerika Serikat melanjutkan rencananya untuk mengenakan biaya tambahan pada kapal China dan membatasi akses China ke chip teknologi canggih.

Kini, perhatian tertuju pada kemungkinan tindakan balasan dari Beijing yang mungkin melibatkan langkah non-tarif.

Selain itu, pertemuan Partai Komunis China yang dijadwalkan pada April ini diperkirakan akan menjadi momen penting di mana pemerintah akan meluncurkan paket stimulus untuk meredakan dampak dari tarif yang dikenakan.

Mengingat terbatasnya ruang untuk pelonggaran moneter karena kekhawatiran terhadap stabilitas mata uang dan margin keuntungan bank yang tipis, para analis memperkirakan bahwa Beijing akan lebih fokus pada ekspansi fiskal untuk meningkatkan konsumsi domestik.

Ekonom UBS juga memperkirakan bahwa pemerintah China akan mengajukan pinjaman lebih banyak utang yang diperkirakan mencapai 1,5 hingga 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir tahun ini.

Selain itu, mereka berharap bahwa Beijing akan mendorong lebih banyak kemajuan dalam pengurangan persediaan properti, yang dianggap oleh banyak analis sebagai langkah kunci untuk menstabilkan ekonomi negara tersebut. (Sandy AW)

Sumber: WSJ

0 Komentar