BEIJING, RADARTASIK.ID – Pejabat tinggi di China mendesak implementasi kebijakan yang lebih tegas dan inovatif di tengah meningkatnya tanda-tanda tekanan ekonomi akibat perang dagang dengan Amerika Serikat.
Perdana Menteri China, Li Qiang, mengajak para pejabat untuk berani keluar dari kebiasaan dan berpikir di luar norma, dengan menekankan pentingnya respons cepat pemerintah untuk memperbaiki harapan pasar.
Seruan ini muncul setelah data resmi menunjukkan, ekonomi China mencatatkan pertumbuhan yang lebih baik dari yang diperkirakan pada kuartal pertama tahun ini.
Baca Juga:Rekomendasi Sabun Muka Pria Terbaik untuk Kulit Sehat dan Bersih di Tahun 2025Rekomendasi Sabun Pembersih Wajah yang Efektif Mengatasi Kulit Berminyak dan Kusam
Namun demikian, meskipun ada laporan positif mengenai pertumbuhan ekonomi, banyak ekonom menilai hal ini kurang memadai untuk mengimbangi dampak dari tarif yang diterapkan Presiden Donald Trump pada masa jabatannya yang kedua, yang kini mencapai angka 145 persen.
Meskipun ada indikasi pertumbuhan yang baik, para ahli menilai tantangan yang dihadapi negara tersebut masih besar karena kebijakan tarif yang membebani sektor ekonomi tertentu.
Pada Jumat, 18 April 2025, Perdana Menteri Li Qiang bersama kabinetnya menggelar pertemuan untuk merumuskan kebijakan yang bertujuan untuk menstabilkan lapangan pekerjaan dan perdagangan.
Dalam pertemuan tersebut, mereka berkomitmen untuk meningkatkan langkah-langkah counter-cyclical guna merespons lingkungan eksternal yang penuh tantangan.
Salah satu langkah utama adalah memberikan dukungan tambahan kepada pasar saham dan properti, serta mengupayakan peningkatan konsumsi dalam sektor-sektor layanan seperti budaya, pariwisata, perawatan lansia, dan perawatan anak.
Selain itu, Kementerian Perdagangan China juga meluncurkan rencana untuk membuka lebih banyak sektor layanan, seperti kesehatan dan telekomunikasi, guna menarik investasi asing.
Langkah ini juga mencakup perluasan cakupan bisnis lembaga keuangan untuk memperkuat sektor ekonomi domestik.
Baca Juga:Pendapatan Netflix Tembus Rp 177 triliun, Tumbuh 12,5 Persen Berkat Langganan dan IklanMengungkap Rahasia Superkomputer AI Nvidia, Apa yang Membuatnya Berbeda?
Namun, kekhawatiran tentang dampak perang dagang terus membayangi proyeksi ekonomi, dengan UBS memprediksi pertumbuhan ekonomi China hanya akan mencapai 3,4 persen pada tahun ini, jauh di bawah target resmi yang diperkirakan sekitar 5 persen. Ini mencerminkan ketidakpastian yang semakin besar di pasar global.
Di tengah ketegangan perdagangan yang terus berlanjut, fokus utama kini terletak pada apakah kedua ekonomi terbesar dunia, China dan Amerika Serikat, dapat mencapai kesepakatan perdagangan.