RADARTASIK.ID – Lazio harus menelan pil pahit di perempat final Liga Europa dengan disingkirkan oleh Bodo/Glimt lewat drama adu penalti.
Meski menang 3-1 di waktu normal dan perpanjangan waktu, agregat imbang 3-3 memaksa laga ditentukan lewat drama adu penalti, di mana wakil Norwegia keluar sebagai pemenang dengan skor 3-2.
Tertinggal 0-2 dari leg pertama, Lazio tampil agresif sejak awal. Harapan sempat menyala ketika Taty Castellanos mencetak gol indah lewat tumit pada menit ke-21.
Baca Juga:Beppe Marotta: Impian Terbesar Saya Adalah Memenangkan Liga ChampionsLazio Disingkirkan Bodo/Glimt, Italia Gagal Amankan Jatah 5 Tim di Liga Champions Musim Depan
Di menit ke-93, Noslin—yang baru masuk dari bangku cadangan—mencetak gol penyeimbang agregat dan memaksa pertandingan dilanjutkan ke extra time.
Tak berhenti di situ, sundulan Mohamed Dia pada menit ke-100 membawa Lazio unggul 3-0 secara skor pertandingan.
Namun Bodo/Glimt tak mudah menyerah, Helmersen, pemain pengganti, mencetak gol penting untuk membuat skor menjadi 3-1 dan menjaga harapan tim tamu tetap hidup.
Meski kemudian dia diusir keluar lapangan akibat kartu kuning kedua, Bodo tetap mampu bertahan hingga adu penalti.
Di babak penentuan, Lazio sempat mendapat momentum ketika Mandas menggagalkan tendangan penalti Jens Petter Hauge.
Namun kegagalan Tchaouna dan Noslin membuat peluang tuan rumah kembali meredup meski pemain Bodo juga sempat gagal mengeksekusi tendangan penalti.
Di momen krusial, striker Lazio, Castellanos yang tampak kelelahan dan mengalami kram melepaskan tembakan lemah yang mudah diamankan.
Baca Juga:Cesc Fabregas Bantah Sudah Dihubungi AC Milan dan AS Roma: Fokus Saya Hanya untuk ComoJurnalis Italia: Kegagalan Real Madrid Bukan Salah Ancelotti, Tapi Karena Ambisi Florentino Perez
Bodo/Glimt akhirnya menang 3-2 di adu penalti dan mencatat sejarah lolos ke semifinal Eropa pertama mereka.
Klub asal Norwegia itu pun melenggang ke semifinal untuk menantang Tottenham, menorehkan pencapaian tertinggi mereka di ajang Eropa.
Kekalahan Lazio tak hanya menyakitkan di lapangan, tapi juga menjadi bahan olok-olok di luar lapangan.
Tak butuh waktu lama bagi komentar pedas muncul dari orang yang justru dikenal sebagai ikon Lazio sendiri, Paolo Di Canio.
“Tujuh dari mereka adalah nelayan salmon, mereka bekerja di pelabuhan!” sindir Di Canio dalam wawancara yang kini viral kembali di media sosial.