Untuk menetapkan hal tersebut, lanjut dia, dibutuhkan advokasi dan pendampingan nyata bagi guru yang menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab, khususnya dalam membentuk karakter peserta didik.
Dalam konteks organisasi, Nana menilai PGRI perlu direvitalisasi secara struktural. Kepemimpinan organisasi harus memiliki mandat yang jelas dari anggota dan mampu menjalankan amanat tersebut berdasarkan AD/ART. Ia mengingatkan bahwa jabatan ketua bukan sekadar posisi formal, melainkan representasi aspirasi para guru.
“Jadi harus ada leader yang berperan sebagai ketua bukan sebagai kepala. The right man on the right job di sana kan jelas. Jadi harus ada revitalisasi organisasi,” ujarnya.
Baca Juga:UBK Tasikmalaya Buka Prodi Profesi KebidananLibur Lebaran Seru di Alhambra Hotel & Convention, Hadirkan Paket Family Suite yang Banyak Untungnya
Nana menekankan bahwa organisasi seperti PGRI harus benar-benar dirasakan kehadirannya. Keberadaan organisasi harus memberi manfaat nyata bagi anggotanya, diakui oleh pihak eksternal, dan mampu berkontribusi sebagai mitra strategis pemerintah dalam memajukan dunia pendidikan.
Di akhir pernyataannya, Nana memberikan penekanan tajam terhadap orientasi organisasi. Baginya, dedikasi dan pengabdian adalah pondasi utama keberlangsungan PGRI.
“Besar dan kecilnya organisasi itu karena pengabdian dan dedikasi anggota termasuk leader. Jangan coba-coba menjadikan organisasi itu sebagai ladang pekerjaan, penghasilan, jangan coba-coba. Hancur lah organisasi,” tegasnya.
Dengan visi yang tajam, pengalaman organisasi, dan komitmen terhadap perbaikan dunia pendidikan, Nana Hermawan menjadi salah satu figur kuat yang diperhitungkan dalam pemilihan Ketua PGRI Kota Tasikmalaya mendatang. (Fitriah Widayanti)