RADARTASIK.ID – Duel Inter Milan vs Bayern Munchen di leg kedua perempat final Liga Champions bukan sekadar pertandingan hidup-mati, tapi juga menjadi panggung adu tajam dua penyerang utama: Harry Kane dan Lautaro Martínez.
Kane datang ke San Siro dengan misi balas dendam, mengingat pada leg pertama di Allianz Arena, striker timnas Inggris itu gagal memaksimalkan peluang emas yang bisa saja mengubah jalannya laga.
Tendangannya melebar tipis di sisi kiri gawang Yann Sommer, dan Bayern harus menyerah 1-2 di kandang sendiri.
Baca Juga:Harry Kane Mengaku Tak Bisa Tidur Usai Kalah dari Inter: Tak Banyak Tim yang Bisa Taklukkan Bayern MunchenFrancesco Totti: Presiden AS Roma yang Bikin AC Milan dan Inter Menyerah Datangkan Saya
Kini, Kane punya kesempatan untuk membalas dan mungkin menulis ulang kisah kariernya di kompetisi paling elit di Eropa.
Sejak bergabung dengan Bayern, Kane tinggal selangkah lagi merengkuh gelar juara Bundesliga.
Namun, soal Liga Champions, itu cerita yang berbeda, di usia 31 tahun, ia baru mencatatkan 56 penampilan di kompetisi ini, mencetak 39 gol, namun hanya 6 di antaranya terjadi di fase gugur.
Dalam momen-momen besar, catatannya belum cukup untuk menempatkannya di jajaran penyerang paling menentukan.
“Pertandingan bukan tentang saya, tapi tentang tim,” ujar Kane dalam konferensi pers.
“Saya tidak fokus menjadi top skor, saya hanya ingin membantu rekan-rekan saya menang,” lanjutnya.
Harry Kane juga memberikan pujian tinggi untuk Lautaro Martínez dan menyebut striker Inter Milan itu sebagai salah satu penyerang terbaik dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga:Carlo Ancelotti: Tak Ada Pemain yang Bisa Membaca Situasi dan Bergerak Seperti Filippo InzaghiSerhou Guirassy, Top Skor Liga Champions yang Jadi Penyesalan Terbesar AC Milan
“Dia pemain hebat, salah satu penyerang terbaik selama bertahun-tahun. Dia mencetak gol hebat di leg pertama, dan dia pemain yang sangat berbahaya,” sanjungnya.
Ia menambahkan bahwa Lautaro bukan hanya piawai dalam mencetak gol, tapi juga berperan besar dalam permainan tim.
“Dia membantu permainan dan mengganggu penguasaan bola lawan. Dia pemain yang sangat saya hormati,” akunya.
Pujian Kane bukan tanpa alasan mengingat dampak yang diberikan Lautaro di panggung besar seperti Liga Champions.
Sejak berseragam Inter pada 2018, ia memang belum mencetak gol sebanyak Kane di Liga Champions—hanya 19 dari 54 pertandingan.
Tapi, perannya seringkali lebih dalam dari sekadar angka. Ia punya kemampuan alami untuk tetap hadir dalam permainan, bahkan saat tak mencetak gol.