Tiga Tim, Satu Wali Kota: Kenapa Konten Medsos Pemkot Tasikmalaya Tidak Disatukan Saja?

konten media sosial Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi
Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi, bersama Kepala BKN, Prof Zudan Arif saat membuat konten untuk Diskominfo Kota Tasikmalaya pada Senin 14 April 2025. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di era digital, kerja pemerintahan tak lagi hanya ditunjukkan melalui laporan resmi di atas kertas atau kunjungan lapangan.

Di Kota Tasikmalaya, kinerja pemimpin daerah kini juga ditayangkan langsung ke publik melalui media sosial. Lengkap dengan gaya, simbol, dan tagar.

Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, menjadi representasi gaya baru pemerintahan ini.

Baca Juga:Timses Minta Viman-Diky Merampingkan Dinas untuk Penghematan Anggaran!Hanya di Tasikmalaya, Bupati Polisikan Wakil Bupati, Netizen: Kumaha Nasib Rakyat!

Sebagai pemimpin muda, ia menyuntikkan semangat kekinian dalam menyampaikan kerja-kerja pemerintahannya, baik melalui unggahan foto, video, maupun story medsos yang dibubuhi tagar khas seperti #Biasainpagi —untuk kegiatan olahraga pagi— dan #Biasainbersih untuk ajakan menjaga kebersihan lingkungan.

Namun, di balik kesan segar dan kreatif itu, muncul fenomena yang disebut sebagai “Balap Konten”.

Dalam hampir setiap agenda pemerintahan, muncul setidaknya tiga versi konten dari tiga sumber berbeda: Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Bidang Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim), serta Tim Media Sosial Wali Kota sendiri.

Alih-alih menjadi orkestrasi komunikasi yang terpadu, kondisi ini justru menciptakan kesan “berlomba” dalam menampilkan sisi terbaik sang Wali Kota.

Meski substansinya sama, narasi dan gaya penyampaiannya sering kali berbeda.

Respons Publik Terbelah

Sebagian warga menganggap upaya ini sebagai terobosan positif. Kinerja kepala daerah bisa disaksikan langsung masyarakat lewat unggahan video.

“Bagus, jadi kita bisa lihat langsung kinerja pemkot. Zaman sekarang kan semua orang megang HP, ya wajar aja kalau pemerintah juga hadir di medsos,” ujar Rahmat warganet yang turut berkomentar pada konten.

Namun, tak sedikit juga yang melihatnya sebagai pencitraan berlebihan. Istilah “Wali Konten” bahkan sempat tersemat di kolom komentar sejumlah unggahan video wali kota.

Baca Juga:Pemkot Tasikmalaya Luncurkan Program “Nyaah Ka Sepuh” untuk Bantu Para LansiaKang Dedi Mulyadi Sebut Cecep-Asep Bakal Nyaah ka Rakyat Kabupaten Tasikmalaya!

“Kerja mah kerja aja, gak usah tiap saat bikin video. Takutnya yang penting konten, bukan substansi,” tulis seorang netizen lain.

Sorotan Efektivitas dan Koordinasi

Fenomena ini juga menuai perhatian. Publikasi kinerja memang penting.

Tetapi semestinya dikelola secara terpusat dan strategis agar tidak menimbulkan kebingungan atau kesan glamour semata.

0 Komentar