WASHINGTON, RADARTASIK.ID – Pada Maret 2025, harga konsumen di Amerika Serikat mengalami kenaikan yang moderat.
Meskipun demikian, risiko inflasi diperkirakan akan meningkat seiring dengan kebijakan tarif yang semakin diperkuat oleh Presiden Donald Trump, terutama setelah keputusan untuk menaikkan tarif impor barang dari China.
Kebijakan ini muncul meskipun Trump juga mengambil langkah untuk menurunkan tarif bagi negara lain.
Baca Juga:AS Fokus Perang Dagang Lawan China, Tarif Trump Ditangguhkan, Pasar Saham MelejitBakal Gantikan Salah? Takefusa Kubo Masuk Radar Liverpool, Atletico Madrid Siap Bersaing, MU Pernah Mengintip
Laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS yang akan dirilis pada Kamis kemungkinan hanya akan mencatat sebagian kecil dari gelombang pertama tarif yang diberlakukan oleh Trump, yang mencakup tarif 20 persen untuk barang-barang asal China, serta bea masuk pada baja dan aluminium.
Presiden Trump menganggap tarif sebagai alat untuk meningkatkan pendapatan guna mengimbangi pemotongan pajak yang sudah dijanjikan, sambil berusaha menghidupkan kembali sektor industri AS yang tengah menurun.
Sarah House, seorang ekonom senior di Wells Fargo, mengungkapkan, meskipun data CPI (Indeks Harga Konsumen) bulan Maret mungkin sudah terasa ketinggalan zaman, informasi tersebut akan memberikan gambaran mengenai bagaimana perubahan dalam lingkungan perdagangan telah mulai mempengaruhi harga barang dan jasa di pasar.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Reuters terhadap sejumlah ekonom, diperkirakan bahwa CPI pada Maret meningkat sebesar 0,1 persen, sebuah kenaikan kecil yang mencerminkan turunnya biaya energi dan hilangnya dampak dari kenaikan harga yang terjadi pada awal tahun.
Sebelumnya, CPI mengalami kenaikan 0,2 persen pada bulan Februari. Untuk periode 12 bulan yang berakhir pada Maret, CPI diperkirakan akan mencatatkan kenaikan sebesar 2,6 persen, meskipun sedikit menurun dibandingkan dengan kenaikan 2,8 persen pada Februari.
Di sisi lain, kebijakan tarif Presiden Trump yang berlaku baru-baru ini membuat ketegangan ekonomi semakin meningkat.
Pada hari Rabu, Trump mengumumkan penurunan sementara tarif pada banyak negara menjadi 10 persen, hanya beberapa jam setelah tarif baru yang lebih tajam mulai berlaku, menyebabkan keguncangan di pasar keuangan global.
Namun, dampak tarif terhadap perdagangan dengan China masih signifikan.
Baca Juga:Memanas! Andre Onana dan Nemanja Matic Saling Sindir Jelang Pertarungan Manchester United vs LyonKarier Sancho di Chelsea Tamat? The Blues Pilih Bayar Denda ke MU Ketimbang Beli
Trump meningkatkan tarif pada barang-barang asal China dari 104 persen menjadi 125 persen setelah Beijing membalas dengan tarif sebesar 84 persen pada barang-barang asal AS.