“Memang kurang mendidik kalau siswa sudah bawa kendaraan ke sekolah, misal yang tadinya pakai motor bebek bisa maksa orang tua mau N-Max, lebih jauhnya ya masuk geng motor,” ucapnya kepada Radar, Minggu (22/2/2025).
Secara mental mereka belum siap untuk memanfaatkan kendaraan tersebut secara positif, terlebih yang masih di bawah umur. Belum lagi soal pemahaman dan kesadaran mental mereka dalam berkendara secara aman. “Maka dari itu, pemerintah pun mengatur anak di bawah umur belum bisa membuat SIM (Surat Izin Mengemudi),” katanya.
Maka dari itu Ajang mendukung wacana penguatan larangan tersebut, salah satunya untuk menekan berlanjutnya fenomena geng motor di Tasikmalaya. Juga menyelamatkan generasi muda dari hal-hal yang bersifat negatif. “Saya percaya ini bisa mencegah para pelajar masuk geng motor,” tuturnya.(rangga jatnika)