Usai Panen Raya, Petani di Kesanagara Kota Tasikmalaya Ungkap Fakta Soal Pengairan Irigasi Cikunten

panen raya serentak di 14 provinsi
Para petani di Kersanagara Kecamatan Cibeureum tengah menjemur padi mereka, Senin 7 April 2025. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tak ada hujan, tak bisa tanam. Kondisi ini dirasakan para petani di wilayah Kersanagara Kecamatan Cibeureum.

Lahan pertanian mereka sangat bergantung pada air hujan. Padahal ada irigasi Cikunten yang tidak jauh dari lahan pertanian.

H Amat Rahmat, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Jayasakti 4 di Kelurahan Kersanagara, menceritakan bahwa pengairan dari irigasi tidak merata.

Baca Juga:Jenazah Warga Kota Tasikmalaya yang Tenggelam di Perairan Ketapang Akhirnya DimakamkanVandalisme "Radar Jangan Bungkam" Hiasi Pemandangan di Seberang Kantor Radar Tasikmalaya Grup

Aliran Irigasi Cikunten yang mengalir dari daerah Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, tidak pernah sepenuhnya mengalir ke sawah warga. Sawah di wilayahnya tetap bergantung pada curah hujan.

“Di sana itu ada yang namanya pengairan Cikunten, tapi dari dulu ya sebatas kalau ada hujan itu mungkin meleber ke sini. Tapi kalau tidak ada hujan, panen sawah itu (hanya sampai) di batas Cikunten 3. Kalau enggak hujan, ya sudah, 10 hari juga enggak ada airnya,” ujarnya saat ditemui disela kegiatan panen raya, Senin 7 April 2025.

Menurutnya, persoalan air memang klasik. Tapi sangat dibutuhkan. Tidak ada air, maka petani tidak akan bisa panen. Apalagi sawah memerlukan pengairan yang cukup pada awal masa tanam hingga menjelang padi berbuah.

“Yang dibutuhkan sama saya, Gapoktan Jayasakti 4, pertama itu lancarnya pengairan,” tuturnya.

Ironisnya, menurut Amat, saluran air besar seperti Cikunten tak mampu mengalirkan air secara merata. Ia menilai hal itu disebabkan lemahnya sistem pengelolaan pintu air.

“Cikunten teh besar, cuman ratus-ratus pintu air itu gak ada yang nutup. Buka semuanya. Jadi bagaimana mau sampai ke sini?” keluhnya.

Ia mengakui banyak proyek pembangunan maupun perbaikan saluran irigasi yang dijalankan pemerintah.

Baca Juga:Cecep-Asep Dapat Kekuatan Tambahan Usai Kiai se-Tasikmalaya Selatan Total Beri Dukungan di PSU!Pantes Pasar Dadakan di HZ Mustofa Kota Tasikmalaya Tak Terbendung, Ternyata Ada Pungutan Liar!

Namun proyek-proyek yang dikerjakan oleh pihak pemborong hanya menyelesaikan tugas tanpa memperhatikan dampak jangka panjang.

Terutama soal keberlanjutan distribusi air ke lahan pertanian.

“Namanya pemborong, kan cuman satu kali ngeborong kerjaan. Udah beres, ya udah,” tuturnya.

Kekurangan Alat dan Tekanan Alih Fungsi Lahan

Selain air, alat pertanian menjadi kendala yang tak kalah krusial. Untuk menggarap 34 hektare sawah di Jayasakti 4, H Amat hanya memiliki satu traktor.

0 Komentar