Tijani Reijnders: Oase di Tengah Musim Bencana AC Milan

Tijjani Reijnders
Tijjani Reijnders Tangkapan layar Instagram@acmilan
0 Komentar

RADARTASIK.ID – AC Milan harus benar-benar melupakan ambisi finis di empat besar usai ditahan imbang Fiorentina akhir pekan lalu.

Dengan selisih tujuh poin dan hanya tujuh laga tersisa, peluang untuk sekadar menyalip Lazio terasa hampir mustahil—terutama bagi tim yang sepanjang musim tak pernah menunjukkan konsistensi.

Tak ada istilah lain yang lebih tepat selain “bencana” untuk menggambarkan musim Rossoneri.

Baca Juga:Napoli Ditahan Imbang Bologna 1-1: Inter Tersenyum LebarBuffon Kesal Spalletti Dikritik karena Mainkan Anak Paolo Maldini sebagai Starter Timnas Italia

Mereka terpuruk di peringkat kesembilan, tersingkir dari Liga Champions secara memalukan dan hanya mengandalkan Coppa Italia untuk lolos ke kompetisi Eropa musim depan.

Pergantian pelatih di tengah musim melah membuat ruang ganti yang terasa seperti medan perang yang menambah panjang daftar kekacauan yang dialami klub.

Kini, bayangan absen dari kompetisi Eropa musim depan pun kian nyata, dengan konsekuensi besar di aspek finansial, olahraga, hingga perencanaan jangka panjang.

Di tengah kekacauan, hanya sedikit suara waras yang terdengar, salah satunya datang dari Tijani Reijnders.

“Kita harus cepat kembali menjadi diri kita sendiri. Terus berjuang untuk klub ini dan memenangkan sebanyak mungkin laga yang tersisa, baik di Serie A maupun Coppa Italia,” tegasnya.

“Saya tak tahu lagi harus berkata apa,” pungkasnya.

Sementara itu, Persaingan antara Giorgio Furlani dan Zlatan Ibrahimovic dalam pencarian direktur olahraga baru terus berlangsung.

Keduanya terlihat memiliki visi berbeda dalam menentukan arah proyek olahraga klub musim depan.

Baca Juga:Yann Bisseck: Saya Pensiun Jika Inter Menjuarai Liga ChampionsLothar Matthaus: Legenda Bayern dan Inter yang Menolak Gaji 20 Kali Lipat dari Juventus

Furlani, sebagai CEO Milan dan tokoh utama RedBird di dalam klub, cenderung mengutamakan profil profesional yang berpengalaman dalam struktur manajemen, mampu bekerja kolektif, dan tidak terlalu dominan di depan media.

Pilihannya jatuh pada figur seperti Tony D’Amico—seorang manajer yang efisien, pendiam, dan sukses mengelola tim dengan pendekatan modern dan data-driven.

Bagi Furlani, direktur olahraga adalah eksekutor rencana, bukan bintang di ruang ganti.

Sebaliknya, Zlatan yang punya peran penting sebagai penasihat khusus Gerry Cardinale, mengincar sosok yang lebih “hidup” dan karismatik di dalam klub.

Ia mendukung nama Igli Tare, mantan direktur Lazio, yang dikenal sangat dekat dengan pemain dan aktif di ruang ganti.

0 Komentar