Indonesia Harus Hati-Hati, Tarif Trump Memaksa Bank Sentral Negara Berkembang Hadapi Pilihan Sulit

Bank Sentral
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memimpin rapat koordinasi (rakor) tentang kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Jakarta, Senin, 7 Maret 2025. (Dok. Kemendag) 
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Pada pekan lalu, kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menciptakan tantangan baru bagi negara-negara berkembang, memaksa bank sentral mereka untuk membuat keputusan sulit antara mendukung pertumbuhan ekonomi atau menjaga stabilitas mata uang yang rapuh.

Negara-negara seperti India dan Indonesia yang sebelumnya berhati-hati dalam mengambil langkah pemotongan suku bunga kini menghadapi situasi yang mengharuskan mereka untuk menyesuaikan kebijakan moneter dalam menghadapi ketegangan perdagangan global.

Perubahan Prioritas Ekonomi di Negara Berkembang

Selama ini, negara-negara berkembang, seperti India dan Indonesia, memilih untuk menghindari pemotongan suku bunga besar guna mencegah instabilitas pasar yang bisa mempengaruhi perekonomian mereka.

Baca Juga:Tarif Trump Guncang Pasar Global, Saham AS Berfluktuasi setelah Isu PenangguhanPrediksi Bayern Munchen vs Inter di Liga Champions 2025: Pertarungan Raksasa Jerman dan Italia

Namun, kondisi terbaru menunjukkan bahwa kekhawatiran tentang stabilitas pasar kini mulai berkurang.

Pembuat kebijakan kini lebih fokus pada dasar-dasar ekonomi yang lebih mendalam, yang berarti beberapa bank sentral negara berkembang bisa saja mengambil langkah lebih agresif dalam memotong suku bunga dibandingkan dengan kebijakan yang lebih hati-hati dari Federal Reserve AS.

David Chao, seorang analis pasar dari Invesco, menjelaskan, penyesuaian prioritas ekonomi ini berpotensi menyebabkan mata uang lokal negara berkembang menghadapi lebih banyak tantangan tahun ini. ”Karena bank mereka memperkuat pertumbuhan melalui pelonggaran kebijakan moneter,” ungkapnya seperti dikutip Reuters, Senin, 7 April 2025.

Bahkan, ada kemungkinan bahwa beberapa bank sentral di Asia bisa melakukan pelonggaran kebijakan lebih awal dibandingkan dengan Federal Reserve AS.

Keterkaitan antara Suku Bunga dan Aliran Modal

Dalam konteks ini, negara-negara berkembang sangat rentan terhadap perbedaan suku bunga yang tajam dengan AS.

Ketegangan ini sering menyebabkan aliran modal keluar yang bisa berujung pada ketidakstabilan politik dan ekonomi.

Komentar dari Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, yang menyatakan bahwa bank tersebut tidak akan terburu-buru dalam melakukan pemotongan suku bunga, meskipun pasar global sedang terpuruk, semakin memperburuk kepercayaan investor yang sudah rapuh.

Baca Juga:Prediksi Arsenal vs Real Madrid di Liga Champions 2025: The Gunners Ingin Meniru Jejak Tim WanitaNewcastle Incar Harvey Elliott, Liverpool Siap Melepasnya dengan Harga Tinggi

Hal ini berkontras dengan ekspektasi pasar yang menunjukkan hampir lima kali pemotongan suku bunga seperempat poin oleh AS tahun ini.

Mengelola Ketidakpastian dalam Kebijakan Ekonomi

0 Komentar