AI di Dunia Pendidikan: Antara Kemudahan dan Ancaman

BELAJAR
Sejumlah siswa SDN 2 Cigantang saat belajar menggunakan komputer. (Fitriah Widayanti/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan terus berkembang pesat. Namun di balik kemudahannya, teknologi ini juga menyimpan tantangan besar bagi ekosistem pendidikan, khususnya dalam membentuk karakter dan daya pikir generasi muda.

“AI di dunia pendidikan itu seperti pisau bermata dua. Satu sisi menawarkan kemudahan dalam mencari informasi, pencarian data, bahkan menyelesaikan tugas dan menjawab pertanyaan. Namun di sisi lain, AI juga bisa membuat pelajar menjadi malas membaca, mencari, dan membuktikan ilmu pengetahuan,” ujar Sakifah SEI ME, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Siliwangi.

Menurutnya, jika tidak digunakan dengan bijak, maka di masa depan hal tersebut akan menjadi ancaman serius bagi generasi bangsa.

Baca Juga:Libur Lebaran Seru di Alhambra Hotel & Convention, Hadirkan Paket Family Suite yang Banyak UntungnyaSharp Greenerator Tebarkan Semangat Kebaikan serta Pelestarian Lingkungan di Bulan Ramadan

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa AI memang membawa peluang besar dalam dunia pendidikan. Teknologi ini mampu mempercepat akses informasi, merangkum data, hingga menyederhanakan konsep pembelajaran.

Bagi para pengajar, AI bisa menjadi alat bantu dalam mengorganisir pekerjaan dan mempercepat proses evaluasi. Sedangkan bagi pelajar dan mahasiswa, AI banyak dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan tugas, memahami materi, dan merangkum pelajaran.

Namun demikian, Sakifah mengingatkan bahwa informasi yang disajikan AI tidak selalu valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa dan pelajar untuk tetap melakukan proses validasi, membaca referensi primer, dan mengembangkan daya kritis secara mandiri.

Saat ditanya mengenai apakah ada perubahan kualitas tugas mahasiswa sejak munculnya AI, ia menyatakan belum memiliki bukti empiris untuk menyimpulkan hal tersebut.

“Karena jika diamati, tentu kita juga harus melihat lebih luas adanya penurunan kualitas pembelajaran di tingkat dasar dan menengah setelah dihapuskan UN, penerapan sistem pembelajaran daring selama Covid, hingga metode pembelajaran yang sering berubah sering dengan perubahan kurikulum,” paparnya.

“Jadi kami tidak bisa menyalahkan AI sebagai satu-satunya faktor penyebab perubahan kualitas pengerjaan tugas,” sambungnya.

Baca Juga:Plaza Asia Bukber dan Santuni  500 Anak PantiSDN Rahayu Membentuk Siswa yang Dermawan

Terkait dengan potensi penyalahgunaan AI, seperti plagiarisme dan ketergantungan terhadap teknologi ia melihat bahwa hal tersebut bisa saja terjadi.

0 Komentar