Sebelum mendatang Matthaus, Inter berniat mendatangkan Rabah Madjer, pencetak gol tumit di final Piala Champions yang gagal bergabung usai pemeriksaan medis.
Namun keputusan Inter sudah tepat—karena Matthäus menjadi kunci sukses mereka selama era Trapattoni.
Matthäus di Puncak Bersama Inter
Kehadiran Lothar Matthäus, Andreas Brehme, dan Ramon Diaz membentuk fondasi kuat tim Inter asuhan Giovanni Trapattoni.
Baca Juga:Zlatan Ibrahimovic: Singa Tua yang Mulai Kehilangan Taring di AC MilanMedia Italia: Marcus Thuram Bikin Lautaro Martinez Tak Setajam Musim Lalu
Mereka bersaing ketat dengan Milan era Sacchi dan Napoli-nya Maradona. Matthäus yang sempat menolak mengenakan nomor punggung 10 diplot sebagai gelandang serang oleh Trappatoni.
“Di Bayern saya pakai nomor 8, tapi sudah diambil. Trapattoni bilang, ‘Kamu ambil nomor 10.’ Saya menolak, tapi dia bersikeras: ‘Kamu bukan Platini, tapi saya butuh kamu untuk menang,’” ucap Matthäus.
Musim 1988/89 dimulai terlambat karena Olimpiade Seoul yang membuat pelatih Inter kala itu, Trapattoni bereksperimen lewat Coppa Italia.
Ia awalnya menempatkan Baresi sebagai bek kiri, Brehme di tengah, dan Matthäus di sisi kiri. Namun titik balik terjadi saat laga kontra Pisa pada pekan kedua Serie A, 16 Oktober 1988.
Tertinggal 0-1, Trapattoni memasukkan Matteoli menggantikan Baresi, memindahkan Brehme ke posisi naturalnya di bek kiri. Hasilnya? Inter menang 4-1, Matthäus mencetak gol debutnya di liga, dan sistem baru pun lahir.
Dari sinilah “Inter of Records” terbentuk. Inter menyapu gelar Scudetto ke-13 dengan dominasi luar biasa.
Matthäus tampil dalam 32 laga Serie A, mencetak 9 gol dan memberikan banyak assist.
Baca Juga:Gianluigi Buffon: Tim Seperti Inter Bermain untuk MenangGianluigi Buffon: Tudor Membawa Energi Positif ke Juventus
Total musim itu, ia mencetak 12 gol dari 44 laga di semua kompetisi, termasuk gol tendangan bebas krusial melawan Napoli.
Musim 1989/90, Inter mendatangkan Jürgen Klinsmann. Trio Jerman jadi andalan, namun hasil tak semanis musim sebelumnya.
Walaupun Matthäus tetap bersinar dengan 13 gol dalam 30 laga, tapi Inter hanya finis ketiga dan tersingkir di putaran pertama Liga Champions oleh Malmö.
Namun di Piala Dunia 1990, Matthäus memimpin Jerman Barat meraih gelar juara. Ia tampil sebagai bintang utama turnamen.