“Bukan tim tahun 2003 yang memenangkan Liga Champions, tapi tim 2005. Kami punya Jaap Stam, seorang ‘binatang’. Mamma mia!” jelasnya.
Nesta kemudian mengakui bahwa Milan di jamanya lebih fokus pada Liga Champions dibandingkan meraih gelar Serie A.
“Kami bermain di tiga final Liga Champions, tapi hanya memenangkan dua Scudetto. Klub lebih condong ke Liga Champions, begitu juga para pemainnya,” ungkapnya.
Baca Juga:Bursa Transfer AC Milan: Maignan Jadi Rebutan Chelsea dan Aston Villa, Malick Thiaw Dibidik LeverkusenInzaghi Dapat Bonus Rp16,5 Miliar Jika Inter Raih Scudetto, Tambahan Rp99 Miliar Jika Juara Liga Champions
“Jika bermain di Eropa, kami jarang melakukan kesalahan. Tapi saat bertanding melawan tim kecil seperti Reggina di Serie A, kami sering kehilangan poin,” ucapnya.
Strategi Transfer Milan: Merekrut Pemain yang Tak Terduga
Nesta juga memuji kemampuan Milan dalam merekrut pemain berbakat yang awalnya kurang dikenal, tetapi kemudian menjadi bintang besar seperti Kaka dan Thiago Silva.
“Mereka mendatangkan pemain seperti Ricardo Kaká, yang awalnya terlihat seperti tukang pos. Tapi saat bermain, dia melesat dengan kecepatan 200 mil per jam. Thiago Silva juga datang dari Rusia, banyak orang tidak tahu siapa dia, tapi dia ternyata sangat kuat,” sanjungnya.
Nesta menutup wawancara dengan mengatakan bahwa Milan bukan sekadar klub, tetapi sebuah institusi sepak bola yang memahami bagaimana membangun tim juara.